Mohon tunggu...
Asep Gunawan
Asep Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Baru-baru ini suka membaca dan mengerjakan soal matematika dasar (setelah menonton COC Ruang Guru). Suka traveling dan menguasai Bahasa Inggris dan Turki.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Tam dan Anak-Anak Panti - Part 6 (Mimpi di Balik Pohon Oak)

2 Oktober 2024   09:00 Diperbarui: 2 Oktober 2024   11:23 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Suster Metha," suaranya mengagetkan Suster Metha yang sejak tadi berdiri di samping Ibu Lauren.

"Perintahkan mereka untuk membersihkan kandang kuda. Pastikan mereka melakukannya dengan benar; tidak ada waktu untuk beristirahat sampai semuanya bersih dan rapi. Dan ingat, mereka juga harus memberi makan kuda-kuda itu." Suaranya penuh otoritas.

Suster Metha mengangguk, menyerap setiap kata perintah dengan penuh tanggung jawab. "Baik, Pak," jawabnya dengan suara mantap, lalu melangkah keluar, mengikuti anak-anak itu.

Pintu kantor menutup dengan debam pelan, menyisakan atmosfer berat yang menggantung di udara. Pak Salvador kembali ke kursinya, matanya menyapu ruangan dengan tatapan yang tak terbaca. Keputusan telah dibuat, dan roda keadilan - setidaknya menurut versinya - telah berputar.

Sementara itu, di ruang perawatan, Margareth terbaring lemah dengan perban melilit dahinya. Luka akibat benturan dengan batu siang itu memaksanya untuk beristirahat selama beberapa hari ke depan.

Malam pun turun di panti asuhan itu, membawa serta kesunyian yang menyesakkan, seolah mengubur setiap suara di dalam kegelapan. Tam, Lucas, Elia, Adnan, dan Dominic terkulai dalam tidur yang nyenyak, lelah setelah menuntaskan hukuman yang berat. Kelelahan itu begitu mendalam hingga mereka tak menyadari bahwa mereka telah melewatkan makan malam dan momen berharga menonton bersama di perpustakaan - kegiatan rutin di setiap jum'at malam.

Di luar, bintang-bintang berkelip seolah menari, sementara di dalam, hanya desahan napas mereka yang terdengar, melukiskan keletihan dan kesunyian yang mengendap di hati.

Sementara itu, pohon oak tua di taman panti tetap berdiri kokoh, menjadi saksi bisu perjalanan hidup anak-anak yang tumbuh di bawah naungannya. Ia akan terus ada di sana siang dan malam, menunggu saat-saat dimana tawa riang kembali terdengar, dan mimpi-mimpi indah kembali diperbincangkan di bawah rindangnya esok hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun