Mohon tunggu...
Asep Gunawan
Asep Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Baru-baru ini suka membaca dan mengerjakan soal matematika dasar (setelah menonton COC Ruang Guru). Suka traveling dan menguasai Bahasa Inggris dan Turki.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Tam dan Anak-Anak Panti - Part 6 (Mimpi di Balik Pohon Oak)

2 Oktober 2024   09:00 Diperbarui: 2 Oktober 2024   11:23 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, kegembiraan mereka tak berlangsung lama. Dari kejauhan, terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Tiga sosok remaja lain muncul dari dari balik pohon: Margareth si cantik namun angkuh, Dominic gadis berkuncir dua yang selalu mengikutinya, dan Adnan, anak laki-laki berbadan tinggi dan tegap.

"Wah, wah, lihatlah ini," ujar Margareth dengan nada mengejek. "Tiga sekawan yang sedang bermimpi di siang bolong."

Dominic terkikik, sementara Adnan hanya tersenyum sinis.

Elia menundukkan kepalanya, berusaha mengabaikan kehadiran mereka. Namun Margareth tak membiarkannya begitu saja.

"Hei, Elia," panggil Margareth dengan nada yang penuh ejekan. "Masih berharap ibumu akan datang menjemput? Jangan bodoh! Kau itu anak haram, makanya dibuang ke sini." 

Kata-kata Margareth meluncur tajam, bagaikan pisau yang menghujam tepat ke jantung Elia. Setiap suku kata terasa seperti petir yang mengoyak suasana, dan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, seolah-olah seluruh dunia menghilang, meninggalkannya dalam kesepian yang menyakitkan.

Tam yang melihat hal itu langsung berdiri, tak tahan lagi dengan kelakuan Margareth dan kawan-kawannya.

"Hentikan omong kosongmu itu, Margareth!" serunya. "Kalian bertiga juga masih di sini karena tidak ada orang tua asuh yang mau mengadopsi kalian. Siapa yang mau punya anak angkat bersikap buruk seperti kalian?"

Wajah Margareth memerah mendengar kata-kata Tam. Adnan, yang diam-diam menyimpan rasa pada Margareth, tak bisa tinggal diam. Dengan gerakan cepat, ia melayangkan pukulan ke wajah Tam. Suara benturan keras terdengar ketika tinju Adnan mendarat di pipi Tam, membuat pemuda itu terhuyung ke belakang.

Lucas, melihat sahabatnya diserang, bereaksi dengan cepat. Ia melompat ke arah Adnan, membalas pukulan dengan sama kerasnya. "Berani-beraninya kau!" teriaknya, sementara kedua pemuda itu bergulat di tanah.

Dominic, tidak mau ketinggalan, menyerang dari belakang. Jemarinya yang kurus mencengkeram rambut Lucas, menariknya dengan brutal. Lucas menjerit kesakitan, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Dominic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun