Sementara Tam tenggelam dalam pikirannya, suara Suster Metha terdengar memanggilnya dari kejauhan. "Tam! Waktunya makan malam!"
Tam cepat-cepat melipat kertas itu dan menyimpannya di saku celananya. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju ruang makan, pikirannya masih dipenuhi oleh kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seminggu ke depan.
Malam itu, Tam berbaring di tempat tidurnya, matanya menatap langit-langit kamarnya yang sudah familiar. Suara dengkuran halus teman-teman sekamarnya menjadi latar belakang bagi pergolakan batinnya. Ia memejamkan mata, mencoba untuk tidur, namun bayangan tentang pertemuan yang mungkin terjadi terus menghantuinya.
Akankah tanggal 31 Desember membawa jawaban atas semua pertanyaan yang selama ini menggelayuti hidupnya? Atau justru akan membuka luka baru yang lebih dalam? Tam tidak tahu. Yang ia tahu, hidupnya mungkin akan berubah selamanya dalam hitungan minggu. Dan ia, entah siap atau tidak, harus menghadapinya.
Bersambung ......
Rahasia tersembunyi menanti untuk diungkap. Beranikan diri untuk mengklik dan lanjutkan perjalananmu!
Tam dan Anak-anak Panti - Part 2
Sudah terbawa suasana? Temukan cerita menarik lainnya di bawah ini!
Takdir yang Terlambat Dipahami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H