Ibu Ekna, meski terkejut, balas memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang. "Tidak apa-apa, Sayang. Ibu mengerti."
"Aku... aku salah, Bu," isak Ekna. "Selama ini aku tidak menghargai Ibu. Aku pikir... aku pikir..."
"Sssh," sang ibu membelai lembut rambut Ekna. "Yang penting kamu sudah mengerti sekarang. Ibu akan selalu menyayangimu, apapun yang terjadi."
Sore itu, untuk pertama kalinya sejak kepergian sang ayah, Ekna merasakan kehangatan yang telah lama hilang. Ia menyadari bahwa takdir Tuhan tidaklah pernah salah. Mungkin ayahnya telah pergi, tapi ia masih memiliki sosok yang tak kalah berharga - seorang ibu yang kuat, penyayang, dan selalu ada untuknya.
"Bu," ucap Ekna di sela isak tangisnya. "Terima kasih sudah bertahan. Terima kasih sudah menjadi ibu terbaik untukku."
Sang ibu tersenyum, air mata haru mengalir di pipinya. "Terima kasih sudah kembali pada Ibu, Nak. Yakinlah, kita bisa melewati ini bersama-sama "
Sejak hari itu, Ekna berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih menghargai keberadaan ibunya. Ia mulai membuka hatinya, belajar melihat kekuatan dan kasih sayang yang selama ini tersembunyi di balik kesederhanaan sosok seorang ibu.
Takdir memang kadang sulit dipahami, tapi Ekna kini mengerti bahwa di balik setiap kejadian, selalu ada hikmah yang dapat dipetik. Dan baginya, memiliki ibu yang masih hidup di sampingnya adalah anugerah terindah yang patut disyukuri setiap hari.
Biodata Singkat Penulis
Nama: Asep Gunawan
Email: gunawanpunyaemaildi@gamail.com