Angsa-angsa itu seringkali kalau melihat orang, terutama anak-anak, mereka itu akan menurunkan kepala mereka dengan leher lurus kaku siap perang berusaha mematuk anak-anak kecil yang berlari ketakutan. Lalu saya berpikir, semua ini harus berakhir. Harus ada pahlawan yang bertindak.
Dengan memberanikan diri tetapi juga tetap takut, saya sengaja berada di barisan paling belakang ketika angsa itu mulai menyerang. Dengan gerakan menghindar tiba-tiba ketika paruh binatang itu hampir mendarat di pantat saya, saya berhasil meraih leher makhluk nahas ini. Dengan kedua tangan dan sekuat tenaga saya cengkeram leher angsa itu dan saya seret-seret binatang itu mungkin sampai berpuluh meter jaraknya.
Walaupun terasa berat dan menakutkan karena angsa itu juga melawan, saya benar-benar sudah merasa jadi pahlawan saat itu.
Teman-teman kecil saya bersorak-sorak. Tapi momen heroik nan indah itu berlangsung hanya sesaat. Yang terjadi kemudian pemilik angsa itu keluar dan berteriak-teriak marah. Tentu kepada saya.
Setelah selesai bercerita dan kulihat Ibu masih mengangguk-angguk, saya menunggu kemakluman Ibu atas perbuatan saya itu. Hasilnya, walaupun saya dianggap berniat berbuat 'baik', saya tetap dianggap menyiksa binatang. Dan ini tak bisa diterima Ibu dengan dalih apapun.
Pesan pun ditambah:
Jangan mengganggu hewan di jalan!
................................
Di jenjang usia SMP dan SMA kurang lebih sama apa yang saya perbuat. Yang tetap dan konsisten adalah pesan Ibu yang tak berubah: Jaga sikapmu di jalan.
Saya tidak nakal masuk selokan lagi, atau mengganggu angsa peliharaan orang. Tapi mulai mempreteli sepeda kayuh kendaraan untuk sekolah saya hingga hanya tinggal kerangka, roda, dan batang setang. Bagaimana dengan rem? Lupakan rem... Injak saja ban depannya maka sepeda akan berhenti menggelinding. Sandal atau sepatu kita sebagai pengganti rem. Praktis bukan?
Suatu hari semua sepeda siswa yang tak berperlengkapan standar dikumpulkan di lapangan sekolah esempe saya. Tentu sepeda saya ikut ada di situ. Semua harus berjanji untuk melengkapi sepeda mereka agar layak benar-benar disebut sepeda.