"lantas mengapa engkau bersedih tatkala orang lain berbuat jahat pada dirimu? Ketahuilah, mereka yang berbuat jahat dan immoral pada orang lain adalah orang-orang yang menderita penyakit jiwa. Mestinya engkau merasa iba dan kasihan kepadanya, terlebih lagi saat orang tersebut enggan meminta maaf, yang berarti ia enggan menyembuhkan penyakitnya".
Dari kisah di atas, Sokrates ingin menyampaikan sebuah hakikat realitas seperti yang telah kita sampaikan sebelumnya. Yaitu, perlakuan baik pada orang lain pada hakikatnya adalah perlakuan baik pada diri sendiri, dan perlakuan buruk pada orang lain pada hakikatnya adalah perlakuan buruk pada diri sendiri, namun hanya sedikit manusia yang menyadarinya. Tuhan berfirman dalam kitab-Nya:
"mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka sedang menipu diri mereka sendiri, dan mereka tidak menyadarinya(yukhadi'unalloha walladzina amanuu wa ma yakhda'una illa anfusahum, wa ma yasy'urun)". (Al-baqoroh ayat 2)
Kendatipun mereka tidak menyadari dan tidak merasakan hakikat tersebut, hal ini bukan berarti hakikat tersebut tidak berlaku pada diri mereka. Sebab, hakikat realitas tidak mengikuti kesadaran dan persepsi manusia. Perlakuan baik pada orang lain tetap saja memberikan efek baik pada jiwa pelakunya, baik mereka sadari atau tidak, baik mereka rasakan atau tidak mereka rasakan. Pun juga, perbuatan buruk pada orang lain tetap saja akn memberikan efek buruk pada jiwa pelakunya, baik mereka sadari atau tidak, baik mereka rasakan ataupun tidak.
Sekali lagi, hakikat ini hanya disadari oleh mereka yang mampu mempersepsi melampaui batas-batas materi. Sehingga, mereka tidak hanya merasakan kenikmatan dan derita fisik (aksidental0 semata, tetapi juga merasakan kenikmatan dan derita jiwa (substansial). Mereka  tidak hanya merasakan kenikmatan makan-minum semata, atau derita kelaparan dan kehausan semata. Lebih jauh dari itu, mereka juga merasakan kenikmatan jiwa dari pengkhidmatan dan derita jiwa dari pengkhianatan kepada manusia lain. Jiwa-jiwa mereka berbahagia setiap kali raga-raga mereka melakukan kebaikan pada orang lain, dan jiwa-jiwa mereka menderita setiap kali raga-raga mereka menyakiti orang lain. Â
Wallahu a'lam Â