Peningkatan itu tentu mendapat jawaban langsung dari Tiongkok yang juga sama menaikkan tarifnya atas produk-produk dari Amerika. Pemerintahan Trump tidak hanya menerapkan tarif atas produk-produk Tiongkok saja, melainkan juga bagi baja, aluminium, panel surya, dan lainnya yang berasal dari Kanada, Meksiko, Jepang, dan Uni Eropa.
Namun peningkatan dari kenaikan tarif yang sangat tinggi bagi Tiongkok telah memengaruhi pangsa produk yang jauh lebih besar dan justru berdampak kerugian bagi perusahaan yang ada di Amerika sendiri terutama bagi perusahaan-perusahaan besar seperti Ford, General Motors, Caterpillar dan John Deere yang sangat bergantung pada produk yang di impor dari Tiongkok (Swanson, 2018).
Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok tersebut dapat dikaitkan dengan perspektif neorealis ini dengan memusatkan asumsi dan argumennya dalam hal konsep mengenai self-help, anarki, dan kemungkinan untuk bekerja sama antarnegara. Hal paling utama dari neorealisme yaitu keadaan struktur internasional yang sifatnya anarki.
Dalam hal ini, anarki yang dimaksud yaitu dimana tidak ada aktor atau institusi yang memiliki otoritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara, bukan anarki yang berarti kekacauan .
Kondisi anarki tersebut yang kemudian mendorong adanya rasa curiga dan timbul rasa tidak aman saat negara lain memiliki kekuatan atau power yang lebih besar dibandingkan dengan negara sendiri.
Hal tersebut yang dirasakan oleh Amerika Serikat saat 67% dari defisit perdagangannya merupakan hasil dari impor produk-produk yang berasal dari Tiongkok. Amerika Serikat merasa bahwa cepat atau lambat Tiongkok akan mengejar Amerika Serikat dan menggantikan posisi pertama dalam perekonomian dunia.
Ketidak amanan yang dirasakan oleh Amerika bertambah dengan dikeluarkannya kebijakan “Made in China 2025”. Inisiatif “Made in China ini” di luncurkan pada tahun 2015 oleh perdana Menteri china . Inisiatif ini merupakan kebijakan yang berupa rencana pengembangan industri dalam jangka waktu 10 tahun.
Rencana pengembangan tersebut memiliki tujuan yaitu untuk menjadikan Tiongkok negara dengan kekuatan manufaktur yang sangat menarik. Pengembangan yang dimaksud itu adalah pengembangan di bidang industri seperti pembuatan robot, pembuatan mobil otonom dan listrik, menciptakan kecerdasan buatan, bioteknologi, dan juga pengembangan dalam transportasi udara.
Muncul Adanya rasa tidak aman dan kecurigaan yang timbul dari ketidak pastian dalam politik internasional itu kemudian mendorong setiap negara untuk terus berusaha memperoleh kekuatan seoptimal mungkin.
Kekuatan yang dimaksud dalam neorealisme adalah berupa kapabilitas material yang dapat dikontrol oleh suatu negara, dimana dalam neorealisme mengungkapkan bahwa negara yang memiliki kekuatan yang besar adalah negara dengan jumlah kapasitas militer dan ekonomi yang besar itulah yang paling kuat.
Itulah penyebab Amerika Serikat berusaha untuk menaikkan tarif atas produk-produk Tiongkok dan mengapa Tiongkok memberikan respon dengan melakukan hal yang setimpal atas produk-produk Amerika. Di lain sisi, Tiongkok berusaha untuk menggantikan posisi Amerika Serikat sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Sedangkan, AS ingin terus mempertahankan kedudukannya sebagai negara dengan peringkat pertama perekonomian dunia.