Mohon tunggu...
Gunaris Gunaris
Gunaris Gunaris Mohon Tunggu... wiraswasta -

Staf Pengajar Pusdik Polri dan Sandi Yudha Kopassus, Dosen terbang di beberapa peguruan tinggi. CEO Otomasi Groups (PT. Otomasi Sukses Internasional)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mendeteksi Posisi Telepon Genggam saat Flight Mode dalam Kasus Hilangnya Pesawat Aviastar

4 Oktober 2015   09:46 Diperbarui: 6 Oktober 2015   13:20 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Gunaris
Alumni ITS Surabaya.
Intelligence Expert & Consultant untuk beberapa negara.
==

Selamat pagi rekan semua.
Ikut berbela sungkawa atas musibah pesawat Aviastar yang hilang dan belum diketemukan hingga hari ini.

Tergelitik sedikit akan mension ke saya dari rekan milis, yang juga merupakan wartawan kawakan dari Surabaya Om Herry Setiadi Wibowo (@herrysw).

Komentar lengkapnya sebagai berikut:
“Cuma penasaran. Benarkah ponsel yang berada dalam mode flight bisa dilacak sinyalnya?

http://news.detik.com/berita/3034769/hp-pilot-menyala-aviastar-kemungkinan-pakai-fitur-flight-mode

Senggol ahlinya ah… Gunaris Shiddiq"

Kita coba lihat dari 2 sisi, sisi sebagai pencarian biasa dan pencarian tidak biasa.

Pencarian Biasa
Pencarian biasa yang saya maksudkan adalah pencarian layaknya seperti orang pada umumnya, yang hanya menggunakan telepon genggam pilot sebagai acuan.
Metode ini selalu dipergunakan sebagai metode paling awal oleh rekan-rekan penegak hukum.

Dalam metode ini, saya sedikit gagal paham terhadap apa yang sudah disampaikan oleh pihak Aviastar lewat General Majager Komersial-nya, Petrus Budi Prasetyo, yang katanya informasi diperoleh dari Basarnas.
Begitu menggunakan moda penerbangan (flight mode) artinya semua sinyal akan dimatikan.
Dengan demikian sinyal operator pada telepon genggam akan mati, tetapi bisa jadi sinyal bluetooth dan wifi tidak.

Pelacakan posisi, hanya bisa dilakukan jika nomor telepon dengan MSISDN tertentu tersambung dan terdaftar pada suatu BTS.
Dalam hal ini titik fokus kita pada nomer telepon genggam sang pilot.
Jika tersambung ke salah satu BTS, maka dengan bantuan dari operator lewat jalur resmi melalui kepolisian atau pihak terkait lain yang diberikan hak, kita bisa mengetahui beberapa parameter.

Parameter pertama adalah LAC (Location Area Code), adalah sebuah parameter dari satu paket atau satu set dari base station yang dikumpulkan bersama untuk tujuan optimalisasi sinyal. Pada umumnya, puluhan atau bahkan ratusan dari base station akan gabung bersamaan dalam satu BSC (Base Station Controller) dalam mode GSM/GPRS atau RNS (Radio Network Controller) jika pilihan pada UMTS atau 3G.  

Parameter kedua adalah CID, adalah nomor unik yang digunakan untuk identifikasi dari masing-masing BTS atau sektor dari BTS.
Lebih rinci lagi untuk memperkecil cakupan, ada namanya SIC (Sector ID), biasanya jika 0 adalah omnidirectional antenna dan 1~3 adalah identifikasi sektor dari antena trisector atau bisector.

Dalam UMTS, kadang agak sedikit rancu antara CID dan LCID, dimana LCID adalah concatenation dari RNC-ID (12 bit jika RNC dan 16 bit CID).

Nah, untuk lebih lanjut mengenai hal ini, rasanya tidak perlu dibahas termasuk tugas dari BSC dalam mengendalikan alokasi dari kanal radio, hasil kekuatan penerimaan sinyal, handover kontrol, dll.
Hanya nanti jika sudah ditemukan LAC dan CID, rata-rata untuk titik lokasi sebuah pesawat dengan kerapatan BTS diperkirakan 3-5 km akan mudah ditemukan menggunakan bantuan helikopter.

Beda sedikit jika pencarian TO adalah manusia yang kecil dan biasanya bersembunyi, maka kekuatan sinyal, heading, neighborhood, moving dan irisan sebagai parameter sekunder akan sangat membantu untuk memperkecil cakupan pencarian -smile-

Contoh, saat sekarang saya sedang ada kegiatan IKA-ITS di Surabaya.
Data yang didapat adalah MCC 510, MNC 11
GSM: LAC 25711 dan CID 61707, RSSI -87 dBM.
UMTS: LAC 35429, CID 20331215, RSSI -87 dBM. 

Dalam mode UMTS, banyak sekali terjadi handover, tercatat 20331212, 20331215, 20337864 dan pada GSM 61707, 57160, dll.
Dalam sistem software dan penomoran yang saya buat sendiri, memungkinkan membuat irisan lebih kecil dengan dibantu oleh BTS tetangga dan kekuatan sinyal.

MCC 510 adalah Indonesia, MNC 11 adalah kartu XL.
Ketika nilai LAC yang diperoleh antara GSM dan UMTS berbeda, artinya  BTS dimana pada grup LAC 25711 pada BTS 61707 kemungkinan besar tidak melayani radio UMTS.
Atau bisa jadi satu BTS dengan ID 20331215 pada grup BTS 35429 yang melayani UMTS lebih dekat dibandingkan GSM.
Atau sebenarnya hanya satu BTS tetapi ada pemilahan grup.
Ada banyak kemungkinan lain lagi.

Hanya saja, metodologi ini tidak berlaku jika anda menggunakan kartu Telemor dan Timor Telecom di Timor Leste.
Kenapa? Nanti akan saya bahas detail pada lain kesempatan.
Yang pasti, saya adalah orang pertama di dunia yang mempunyai database LAC dan CID sangat lengkap dengan survei langsung, mencatat satu persatu posisi dari BTS dimana google juga belum rilis data, saat diminta tolong oleh Kepala Kepolisian Timor Leste (PNTL) dalam mencari TO Mauruk.

Kembali lagi ke Aviastar.
Jika sinyal hp mati, metodologi apa yang digunakan untuk melacak?
Bukannya sinyal tidak teregister ke BTS manapun?
Bisa jadi ada metodologi kamuflase seperti yang sering saya gunakan jika tidak mau diketahui posisi dengan bantuan tethering atau modem, tetapi rasanya tidak mungkin karena pihak Aviastar memberikan informasi bahwa ini adalah nomer telepon genggam pada piranti/device/gadget pilot, bukan nomor telepon genggam orang lain atau nomer pada piranti lain.
Dan juga untuk tujuan apa seorang pilot melakukan kamuflase?
Satu lagi, ada berapa banyak nomer telepon genggam yang dipakai pilot?
Sampai disini saya juga gagal paham.

Pertanyaan penting lainnya, jalur resmi apa yang digunakan pihak Aviastar dalam menemukan LAC dan CID?
Saat ini di Indonesia yang ada hanya kepolisian, TNI, BIN, KPK dan kejaksaan lewat jalur operator.
Nah, jika jalur resmi adalah kepolisian atau Basarnas, maka seharusnya yang memberikan rilis publik adalah pihak kepolisian atau Basarnas, bukan dari pihak lain.
Mungkin ada jalur mummy -yang tidak perlu dibahas disini- dan tidak semua orang atau instansi mempunyai akses bahkan semua instansi di Indonesia juga belum tentu punya.

Karena pernyataan “Pihak Aviastar menyebut pesawat yang hilang kontak terlacak keberadaannya berkat HP pribadi pilot.” ini adalah pernyataan yang sudah mengarah kepada kesimpulan ditemukannya titik pesawat jatuh.
Saya hanya khawatir akan menjadi bumerang yang kapan saja bisa menyerang diri sendiri.

Pencarian Tidak Biasa
Pernyataan lain yang tidak kalah menggelitik adalah "Bahkan dengan fitur itu HP bisa memancarkan gelombang radio dan sinyal akan terlacak."

Ini menggunakan metode apa lagi?
Peer point? SPOT Finding? Atau yang lainnya?
Ini yang bahasan selanjutnya yang saya maksud pencarian tidak biasa.

Peer point, tetap saja harus mendapatkan LAC dan CID terlebih dahulu untuk menentukan cakupan lokasi yang lebih kecil.
Termasuk juga umur (age) dari LAC dan CID tersebut.
Tidak akan mungkin satu Kabupaten Luwu menggunakan metode ini, akan sangat menyita waktu dan tenaga serta sangat tidak efektif.
Gelombang yang dipancarkan untuk mencarian sehingga bisa direspon kembali oleh telepon genggam dengan nomer didalamnya, jika sinyal tidak keluar atau bahasa teknisnya modul GSM/GPRS didalam piranti diputus tenaganya sehingga tidak bekerja, bagaimana caranya?

IMEI Catcher juga tidak memungkinkan, kembali lagi lha wong sinyal mati?
Lebih masuk akal justru menggunakan helicopter dan pencarian secara visual.

Jika kita melihat kebelakang, kisaran 2010-an awal, pada teknologi GPS ada istilah dead reckoning.
Saya mengikuti perkembangan teknologi ini, dahulu sering mencoba pada GPS Garmin 26xx, 27xx, dsb.
Adalah sebuah proses perhitungan untuk menentukan posisi saat ini dengan memperhitungkan posisi sebelumnya, kecepatan kendaraan, arah kendaraan dan bahkan yang lebih mutakhir lagi ada perhitungan perputaran roda berbanding lurus dengan jarak.

Teknologi ini bisa diterapkan dalam kendaraan darat, dimana jalurnya jelas.

Jika pesawat atau helicopter meskipun ada jalur jelas dalam flight route, maka akan kesulitan untuk menentukan posisi yang akurat.

Atau, ada satu lagi teknologi dalam tracking system namanya logging atau data-logger.
Dalam sebuah piranti bisa melakukan perekaman posisi perjalanan kemudian akan mengirimkan seluruh perjalanan jika dan hanya jika nantinya GPRS/3D mendapatkan sinyal.

Demikian...

433

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun