Mohon tunggu...
Guido Famula
Guido Famula Mohon Tunggu... Freelance -

Tidak Ada Yang Terlalu Istimewa, Hanya Menikmati Faham Berbagi Dan Terus Berusaha Mengembangkan Diri. Regards: http://www.gofalatrip.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kursi Keledai

26 Agustus 2016   04:38 Diperbarui: 26 Agustus 2016   04:44 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlempar hiruk pikuk duniawi.

Meregang nyawa bukan tujuan.

Sesekali menoleh dari depan.

Gerangan apa yang di raih?

Khayal pun tak segan membius.

 

Termangu dengan keji.

Tak sadar menuba otak kiri.

Sejenak diam...

Namun tak bersahabat !

 

Siapa melintas?

Habis di babat dengan sastramorgana !

 

Berharap mereka takut?

Jangankan takut?

Parit kening segaris pun tak nampak !

 

Aneh !

 

Kursi pun gerah.

Seakan membujuk tuannya untuk beranjak sadar.

 

Tuan berkata iya !

Namun tak bersuara.

Hanya langkah keledai yang menohok riak.

 

Hawa sejuk kembali menyapa.

Pertanda keledai sudah tak nampak.

 

Biar saja dia berlari.

Sekencang-kencangnya karena masa lalu.

Asa timpang menyesal pun lumrah terjadi.

 

Dua ribu tahun berkutat pada asa.

Menahun sungguh untuk Keledai Subur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun