Setelah masa panen petani akan lebih sering keluar desa baik itu ke kecamatan ataupun ke kota kabupaten untuk berekreasi dan berbelanja. Jumlah penumpang bis kayu(otto kol) akan meningkat disetiap jadwalnya.Â
Salah satu yang mencolok yaitu masyarakat membeli sound sistem yang digunakan untuk memutarkan musik di rumah masing-masing dengan tujuan untuk menghibur diri, walaupun sebenarnya peralatan tersebut sangat jarang dipakai karena desa yang belum dialiri listrik. Pada akhirnya barang-barang tersebut rusak dan tidak bisa dipakai lagi.
Terkait dengan masyarakat konsumsi, Baudrillard (2004 : 74) menjelaskan bahwa perilaku konsumsi saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh murni faktor ekonomi dan berdasarkan pilihan rasional saja, akan tetapi terdapat sistem budaya dan system pemaknaan sosial yang mampu mengarahkan pilihan individu terhadap suatu barang.
Perilaku konsumtif  yang  terjadi pada masyarakat Manggarai dapat terjadi karena beberapa faktor yang memepengaruhinya antara lain yaitu
- pengakuan status sosial dimasyarakat,
- pengaruh budaya luar,
- pendapatan petani cengkeh yang tinggi,
- Â budaya atau tradisi, dan
- teknologi.
Menurut masyarakat sekitar, kegiatan tersebut dilakukan sebagai simbol  atau bukti bahwa panen yang mereka terima menghasilkan uang yang banyak. Jika tidak maka uang tersebut hanya akan habis untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari.Â
Setelah panen cengkeh sukses petani harus menunjukan kepada masyarakat bahwa mereka berhasil dalam pertanian dibanding dengan petani lainnya.
Akhirnya hal tersebut akan terus dilakukan dan terus menyebar menjadi luas. Masyarakat tidak lagi melihat apakah barang atau kegiatan menghabiskan uang tersebut memiliki manfaat atau tidak.Â
Tetapi apakah barang atau kegiatan tersebut  dapat mencitrakan dirinya di masyarakat. Perilaku konsumtif juga terjadi pada anak-anak petani yang melanjutkan sekolah ke  kota kabupaten, kota provinsi maupun ke Pulau Jawa.
Perilaku tersebut mereka lakukan baik ketika ketika mereka masih di tempat rantauan maupun ketika mereka sudah kembali ke desa. Hal tersebut mereka lakukan dengan membelanjakan uang yang dikirim orang tua mereka untuk kebutuhan kuliah.Â
Uang tersebut mereka pakai untuk berbelanja halhal yang mereka inginkan secara berlebihan. Biasanya berupa pakaian, sepatu, gedget, dan makan ditempat mahal.
Kebiasaan selama berada di kota besar tidak begitu saja mereka tinggalkan ketika mereka kembali ketempat asalnya. Butuh penyesuaian terhadap kondisi yang berubah dari kota besar ke desa terpencil.Â
Perilaku konsumtif yang dilakukan pun turut serta dibawa ketika mereka berada di desa. Dalam satu kali panen dalam satu tahun petani dapat memperoleh penghasilan berkisar antara 50 juta hingga Rp 200 juta, sehingga jika dihitung maka para petani menerima 4 juta hingga Rp 19 juta tiap bulannya.Â
Sebagai petani cengkeh dengan pendapatan yang tidak tetap dan tidak teratur, Â maka kesempatan untuk menggunakan uang tersebut semakin besar ketika masa panen datang. Petani akan membeli apa saja menurut keinginannya yang tidak terpenuhi ketika masa biasa.Â
Salah satu tujuannyayaitu untuk memperjelas status sosial, maka pendapatan tersebut digunakan untuk mengkonsumsi barangbarang yang mewah, dan mengadakan pesta yang berlebihan sehingga terbentuklah perilaku konsumtif.
Keinginan untuk memperjelas status sosial yang pasti akan meningkat seiring peningkatan pendapatan Setelah mengenal teknologi komunikasi, saat ini semua petani di manggarai telah memiliki hp untuk berkomunikasi dengan keluarga dan anak-anak mereka yang sedang merantau.Â
Selain itu beberapa keluarga yang menggunakan generator pembangkit listrik tenaga solar kini memiliki satu set televisi, parabola dan receiver penerima signal televisi.Â
Saat malam hari hampir semua desa dimanggarai diisi dengan kegiatan menonton televisi biasanya sinetron. Bagi keluarga yang tidak memiliki televisi maka akanmenonton bersama di rumah keluarga yang memiliki televisi.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI