Biasanya makan pagi dan makan siang para buruh akan ditanggung oleh petani cengkeh. Terdapat dua pilihan bagi masyarakat Pacar untuk menjual cengkeh pasca panen. Jika masyarakat menjual cengkeh dalam jumlah kecil, maka mereka akan menjualnya langsung ke tengkulak terdekat. Tengkulak setempat hanya melayani pembelian hasil kebun dengan berat di bawah 100 kg.
Keuntungan yang diambil para tengkulak ini hanya sekitar Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogramnya dari harga asli di pasar. Selain menjual hasil kebun ke tengkulak, masyarakat juga memilih untuk menjualnya langsung ke tengkulak besar yang ada di kota kabupaten.
Dalam satu kali panen bersih dengan kata lain memanen seluruh hasil dalam satu kebun, masyarakat bisa memperoleh hasil berkisar antara 300 kg- 500 kg untuk petani kecil, sedangkan untuk petani yang memiliki lahan besar bisa mencapai 3 ton. Penghasilan yang diperoleh tergantung dengan harga jual cengkeh saat itu.
Nilai dan norma yang dimiliki petani juga menentukan bagaimana cara mereka menjalani hidup mereka sebagai petani. Petani cengkeh percaya bahwa alam telah menyediakan segala sesuatunya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Bagaimana keadaan manusia ditentukan oleh bagaimana cara manusia itu menjalani kehidupannya.
Petani cengkeh memiliki pandangan hidup untuk dapat memanfaatkan segala sesuatu yang sudah disediakan alam dengan searif mungkin dan mengoptimalkan apa yang bisa dikelola dari alam, tanpa selalu mengharapkan belas kasihan dari pemerintah (Malik dkk : 2015).
Â
Beberapa petani memilih untuk tidak menjual semua hasil kebun mereka. Sebagian hasil panen akan mereka sisihkan 1 hingga 2 karung sebagai simpanan.
Simpanan cengkeh ini akan dipakai ketika uang hasil panen sudah habis. Simpanan ini akan dijual perlahan, dimana mereka akan menjualnya untuk kebutuhan sehari-hari, seperti makan dan belanja kebutuhan rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H