Tidak ada usaha kongkrit memang untuk mengatasi situasi batas ini, selain bersabar dan berdoa. Karena biar bagaimana pun, tidak ada manusia yang bisa mengendalikan apalagi melawan kuasa alam.
Perlu kita ketahui, lebih lanjut, bahwa curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat menpengaruhi perkembangan tanaman cengkeh.
Pada curah hujan yang optimal, seperti yang terjadi pada musim panen 3-4 tahun lalu di Manggarai, tanaman cengkeh bisa mencapai produktivitas yang tinggi. Tersebab pertumbuhan bunga sangat dipengaruhi oleh unsur iklim ini.
Curah hujan yang terus menerus turun bisa menurunkan produktivitas tanaman cengkeh dalam pembungaan. Sekali pun bakal bunga bisa tumbuh dari tunas baru dan menghasilkan bunga cengkeh, tingginya curah hujan tetap saja masih bisa menjadi penyebab kegagalan panen.
Solusinya memang ada dan cuma satu, yakni bagian atas pohon cengkeh ditutupi menggunakan paranet guna menaungi dan/atau memecah derasnya air hujan. Tapi, hal tersebut memerlukan biaya yang tak sedikit.
Itu pemicu yang pertama. Yang kedua adalah selain curah hujan tinggi, unsur-unsur perubahan iklim seperti kurangnya penyinaran matahari, angin kencang, terlalu lembab, dlsb merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kisutnya produktivitas tanaman cengkeh.
Dan memang pengaruh dari seabrek unsur-unsur iklim itu relatif lebih kecil daripada curah hujan yang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap produktivitas tanaman cengkeh. Kendati ke semuanya cenderung terjadi secara bersamaan pada saat musim penghujan tiba.
Saya kira, anasir faktor iklim itulah yang melatar belakangi terjadinya ancaman gagal panen cengkeh tahun ini di wilayah Manggarai Raya. Jadi, sangatlah beralasan tentu saja.
Pendek kata, tulisan ini sebagian besar merupakan bertolak dari pengalaman pribadi saya sebagai petani cengkeh, berikut yang kemudian saya padukan dengan berbagai referensi/sumber bacaan mengenai ekologi tanaman cengkeh.
Berharap saja, pada musim panen kali berikut, faktor iklim sudi bersahabat dengan kita seperti 3-4 tahun yang lalu.
Salam Cengkeh. Kopce!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H