Selain beda, Kompasiana juga berminyak. Berminyak di sini tergolong ke dalam bahasa gaul anak-anak muda di Nusa Tenggara Timur.
Berminyak kerap diasosiasikan dengan nona-nona manis setara abegeh yang tampil necis dan memukau. Ya. Kalau orang kota bilang "good looking". Heu heu heu...
Tapi, berminyak di sini tidak secara lateral diperuntukkan bagi kompasianer cewek lho, ya [entar dikira saya mata keranjang lagi..huss!]. Melainkan lebih ke aras tulisan.
Lalu, bila diartikan demikian, menurut Guido Arisso, tulisan siapa-siapa saja yang tergolong berminyak di Kompasiana? Ya. Semua Kompasianer, dong. Itu berarti tanpa terkecuali.
Jawaban saya tersebut sebenarnya bersifat tertutup, lantaran hingga detik ini saya belum bisa membaca semua dan/atau satu per satu tulisan milik Kompasianers. Terlalu banyak soalnya.
Namun, walau terkesan jawaban diplomatis, seyogyanya kalimat saya itu perlu dimaknai sebagai motivasi sportif agar kita makin militan melahirkan artikel bermutu di Kompasiana. Tak terkecuali saya sendiri, tentu saja.
Adalah sebuah kosekuensi logis jika kita berhasil menarik benang merah motto ulang tahun Kompasiana yang ke-13: Opini Bermakna. Jadi, sebagai atribusi, kita perlu membangkitkan gairah berkompasiana dengan tulisan "berminyak" [baca: bermakna dalam dan memanusiakan].
Lebih daripada itu, saya tetap pada komitmen saya di awal bergabung Kompasiana, yakni belajar dan sebisa mungkin menuliskan sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak banyak.
Tentu saja ke depannya saya akan semakin demen dengan gaya penulisan yang santai dan original [seperti yang sudah dipertegas oleh Kaka Admin Kompasiana di baleho kampanye kemarin]. Heu heu heu...
Dan tentunya pula, tetap menjadikan rumah bersama ini sebagai wadah komunikasi persaudaraan sesama anak bangsa. Saya kira, itu saja seruan-seruan profetis agar tetap optimis melangkah bersama Kompasiana ke depannya.
Semoga bermanfaat.