Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kompasiana Memang Beda dan "Berminyak"

26 November 2021   01:14 Diperbarui: 26 November 2021   02:11 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu, Kardianus Manfour yang adalah seorang Kompasianer muda asal Manggarai, menuliskan begini dalam artikelnya:

"Akhir-akhir ini saya terpanggil untuk menarasikan tentang kampung Kolang. Bagi saya, narasi ini sangat penting, karena tradisi lisan sudah berkembang di tengah-tengah orang Kolang. Sementara tradisi tertulis masih sangat minim"..[selengkapnya].

Sebagai sesama generasi muda Manggarai yang peduli pada kebudayaan, spirit Kardianus itu patut diacungi jempol. Mengingat zaman kiwari, tidak banyak pemuda yang memiliki kesadaran seperti itu.

Dan jauh sebelum Kardianus, saya sudah terlebih dulu menuliskan narasi glorifikasi serupa itu di Kompasiana, lebih tepatnya lewat artikel yang saya taja setahun lalu ini [klik untuk baca]. Kurang lebih bunyi kalimat saya mirip-miriplah.

Jujur, itulah salah satu kelemahan daripada proses transformasi [alih materi] pengetahuan kebudayaan kita selama ini. Kita kekurangan sumber referensi, buku bacaan, dlsb. 

Akibatnya, generasi muda saat ini kurang mendapat pengetahuan yang utuh tentang risalah budaya Manggarai. Lantaran, ya, satu-satunya sumber informasi itu hanya bisa diperoleh dari sekolah lisan para orangtua di kampung.

Tapi, sudahlah. Tidak ada yang perlu diperdebatkan dalam ranah itu. Tugas kita para pemuda dan pemudi Manggarai saat ini adalah bagaimana mengumpulkan narasi-narasi kebudayaan yang tercecer itu agar kelak memudahkan siapa saja untuk mempelajarinya.

Dan tentu saja kita butuh media untuk dijadikan pangkalan narasi-narasi kebudayaan itu. Ya. Salah satunya lewat Kompasiana.

Ditambah lagi, Kompasiana begitu sangat permisif terhadap tulisan-tulisan kebudayaan beserta ragam isu regional/kelokalan yang meliputinya. Setidaknya, saya dan beberapa kompasianer Manggarai yang lain sudah membuktikannya.

Keterbukaan Kompasiana itu jugalah yang, hemat saya, membuatnya semakin beda [tidak dalam artian membandingkan dengan platform media lain]. Ya. Sejauh dimanfaatkan untuk hal-hal baik, kenapa tidak?

Kompasiana itu "Berminyak"

Selain beda, Kompasiana juga berminyak. Berminyak di sini tergolong ke dalam bahasa gaul anak-anak muda di Nusa Tenggara Timur.

Berminyak kerap diasosiasikan dengan nona-nona manis setara abegeh yang tampil necis dan memukau. Ya. Kalau orang kota bilang "good looking". Heu heu heu...

Tapi, berminyak di sini tidak secara lateral diperuntukkan bagi kompasianer cewek lho, ya [entar dikira saya mata keranjang lagi..huss!]. Melainkan lebih ke aras tulisan.

Lalu, bila diartikan demikian, menurut Guido Arisso, tulisan siapa-siapa saja yang tergolong berminyak di Kompasiana? Ya. Semua Kompasianer, dong. Itu berarti tanpa terkecuali.

Jawaban saya tersebut sebenarnya bersifat tertutup, lantaran hingga detik ini saya belum bisa membaca semua dan/atau satu per satu tulisan milik Kompasianers. Terlalu banyak soalnya.

Namun, walau terkesan jawaban diplomatis, seyogyanya kalimat saya itu perlu dimaknai sebagai motivasi sportif agar kita makin militan melahirkan artikel bermutu di Kompasiana. Tak terkecuali saya sendiri, tentu saja.

Adalah sebuah kosekuensi logis jika kita berhasil menarik benang merah motto ulang tahun Kompasiana yang ke-13: Opini Bermakna. Jadi, sebagai atribusi, kita perlu membangkitkan gairah berkompasiana dengan tulisan "berminyak" [baca: bermakna dalam dan memanusiakan].

Lebih daripada itu, saya tetap pada komitmen saya di awal bergabung Kompasiana, yakni belajar dan sebisa mungkin menuliskan sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak banyak.

Tentu saja ke depannya saya akan semakin demen dengan gaya penulisan yang santai dan original [seperti yang sudah dipertegas oleh Kaka Admin Kompasiana di baleho kampanye kemarin]. Heu heu heu...

Dan tentunya pula, tetap menjadikan rumah bersama ini sebagai wadah komunikasi persaudaraan sesama anak bangsa. Saya kira, itu saja seruan-seruan profetis agar tetap optimis melangkah bersama Kompasiana ke depannya.

Semoga bermanfaat.

Mari ramaikan event Kompasianival 2021 ini dengan penuh sukacita.

salam cengkeh 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun