Ada banyak hal yang didiskusikan oleh anak-anak muda desa di Kupi de Reba (KdR). Mau tema apa saja, pasti dibabat habis. Mereka berbicara seolah-olah mirip para politisi membual di tivi.
KdR itu ruang sosial, forum sahaja bagi anak-anak muda desa berkumpul, melatih kecakapan berbicara atau sekadar ngopce bareng.
Dan, pada sore hari tadi, saya dan beberapa teman di KdR terlibat dalam diskusi-diskusi kecil menyoal nasib petani cengkeh di Manggarai, Flores yang sulit bahagia.
Proposisi petani cengkeh sulit bahagia, seyogianya bukan sekadar chimera, angan-angan (mengutip istilah Sappho) karena pada faktanya memanglah demikian. Petani cengkeh Manggarai dewasa ini tidak hanya kesulitan ekonomi, tapi juga mengalami problem psikologis, kecemasan.
Tentu fakta ini menjadi sebuah problem, lantaran ada jarak yang teramat jomplang antar harapan dengan kenyataan. Cengkeh yang digadang-gadang sebagai emas coklat, salah satu komoditas unggulan bangsa ini justru tidak mampu memakmurkan petaninya.
Bagaimana tidak, setiap kali waktu panen cengkeh tiba, harga jual cengkeh selalu seret dan/atau anjlok di tengah petani lokal. Memang pada saat-saat tertentu harga jualnya bisa saja melambung tinggi, tapi sifatnya temporal dan tidak bertahan lama.
Padahal, jika kita mau uji, cengkeh Manggarai itu tergolong cengkeh dengan kualitas bagus plus termasuk tamanan perdu yang dikelola secara organik. Maksud saya, tidak menggunakan pestisida kimia.
Di wilayah pedesaan Manggarai misalnya, banyak petani yang menerapkan pertanian lahan kering yang di atasnya ditanami berbagai macam tanaman industri seperti cengkeh, kopi, mente, dlsb. Walau pada kondisi lain, mereka juga turut mengusahakan pertanian padi-subsisten.
Dalam satu dekade ke belakang, harga cengkeh di Manggarai memang cukup menjanjikan dari segi ekonomis. Tak ayal, dulu, banyak orangtua petani di desa yang sukses mengirimkan anak-anaknya bersekolah ke luar pulau hingga ke perguruan tinggi.
Demikian halnya dengan keluarga guru di kampung misalnya. Yang notabene ikut bertani cengkeh sebagai pekerjaan sampingan. Alhasil, uang daripada gaji mereka hampir tak tersentuh, karena untuk segala keperluan mampu dipenuhi dari hasil penjualan cengkeh tadi.