Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bertani Itu Bagian dari Seni Berfilsafat

16 Januari 2021   02:15 Diperbarui: 18 Januari 2021   14:05 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masanobu Fukuoka (Dok. Unisg.it)

Baca juga: Bertani Sambil Berfilsafat

Ilustrasi| potret kegiatan penyuluhan pertanian menanam jagung dengan teknik bedengan (Dokpri)
Ilustrasi| potret kegiatan penyuluhan pertanian menanam jagung dengan teknik bedengan (Dokpri)

Lebih lanjut, di dalam beberapa kebudayaan, akan didapati ragam bentuk ritual agraris yang sifatnya esensial. Selain meminta restu alam pada saat pembukaan lahan, musim tanam dan pasca panen, tapi juga sebagai simbol doa dan menghargai alam.

Objek simbolik dalam doa itu biasanya beragam. Entah itu berupa hewan, telur, beras, bunga dan lain sebagainya.

Hakekat dari doa tersebut bertolak dari sebuah kesadaraan, bahwa alam (tanah, air, gunung dan lembah) merupakan bagian yang integral dan tak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Relasi yang saling melengkapi antar manusia dan alam itulah yang pada satu sisi menjadi fondasi dasar keseluruhan hidup manusia, dan pada sisi yang lain alam dan manusia saling menghidupi antar satu dengan yang lain.

Praktik kebudayaan ini pula yang tertanam dalam selama ratusan tahun lamanya, serta turut membentuk pola tutur dan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan dan melayani alam.

Masyarakat yang saya maksudkan di sini adalah petani yang bermukim di perdesaan. Yang notabene mereka masih berpegang teguh pada tradisi agraris dan masih menerapkan pola pertanian alami dalam hal bercocok tanam.

Sebagaimana petani yang sehari-harinya bekerja di ladang dan menggantungkan hidupnya dari hasil alam, maka konstruktif berpikirnya adalah bagaimana memanfaatkan peluang bertaninya sebaik mungkin.

Selebihnya, adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya mengelola sumber daya yang ada demi keniscayaan pertanian di masa yang akan datang. 

Dalam artian, usah pertaniannya tak hanya diperuntukkan dan dinikmati saat ini saja, melainkan menyiapkan peluang bertani bagi masa depan anak cucunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun