Maka, bila pada suatu saat pihak keluarga "anak rona" bertamu ke rumah si "anak wina/woe", entah itu dalam rangka urusan adat atau tidak, pihak "anak wina/woe" berkewajiban untuk menyembelih ayam (termasuk menghidangkan telur) untuknya. Itu adalah bentuk penghormatan.
Begitu juga sebaliknya, ketika pihak "anak wina/woe" bertamu ke rumah "anak rona", dia berkewajiban untuk membawa serta ayam. Tradisinya begitu memang.
Sehingga dalam pola kekerabatan orang Manggarai, pihak "anak wina/woe" disebut juga sebagai ata pening manuk, yang berarti saudari yang berkewajiban memelihara ayam.
Demikian sekilas fungsi ayam dan telur dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Manggarai. Di mana, selain hadir sebagai lauk-pauk, tapi juga mempunyai fungsi yang sentral.(*)
Salam budaya dan Salam cengkeh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H