Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

5 Tata Krama Bertamu Masyarakat Manggarai

27 November 2020   21:01 Diperbarui: 10 Desember 2020   12:51 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raes adalah situasi di mana si tuan rumah akan menemani sang tamu ngobrol lebih dalam lagi. Maksud saya dalam nuansa keakraban. Di sini basa-basi dan tema obrolan sudah beranak-pinak dan berlipat ganda. 

Dari tema sosial ke lingkungan, dari diskusi religius ke ranah kebun dan seterusnya. Apalagi, misalnya, berkenaan dengan tahun politik seperti saat ini. Alur pembicaraan pasti mengalir persis bapak-bapak politisi di tivi.

Tesi

Tesi itu permohonan maaf yang datang atau disampaikan oleh tuan rumah kepada si tamu. 

Permohonan maaf itu bisa saja ada karena, misalnya, ada salah kata yang menyinggung pribadi si tamu, kopi/teh hangat yang disuguhkan ke tamu berasa kurang gula dan/atau karena maksud dari kunjungan si tamu tak bisa dipenuhi oleh tuan rumah, misalnya.

Intinya, agar meninggalkan kesan pertemuan yang baik. Karena bila yang terjadi justeru sebaliknya, maka si tamu akan segan dan malah takut untuk bertamu lagi dikeesokan harinya.

Des

Des itu pamit berpamitan. Setelah si tamu menyampaikan maksud kedatangannya, lalu ia akan berpamitan pulang (kecuali untuk tamu yang hendak menginap).

Si tamu pasti akan menyahut, "Asa ite kole di kaku ga..(Mari om, saya pamit pulang dulu ya)".

Lalu, tuan rumah akan menghantarkannya sampai depan pintu dan/atau gerbang rumah. Kemudian sambil menepuk pundak si tamu, tuan rumah akan menitipkan pesan "De dia one salang ga ite..(baik-baik sudah di jalan).

Salah satu tua adat di rumah Gendang Tuwa Mendang, di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (13/8/2017) malam menyerahkan Tawu yang berisi tuak atau Moke yang diolah dari pohon Enau kepada ketua rombongan turis Belgia, Laurence Coosemans. (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
Salah satu tua adat di rumah Gendang Tuwa Mendang, di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Minggu (13/8/2017) malam menyerahkan Tawu yang berisi tuak atau Moke yang diolah dari pohon Enau kepada ketua rombongan turis Belgia, Laurence Coosemans. (KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)
Begitulah sekiranya lima tata krama bertamu orang Manggarai secara umum (baca: sehari-hari). Memang ada sedikit perbedaan yang menonjol dalam hal menerima tamu pada saat hari-hari biasa dan ketika menerima tamu yang datang dengan pakaian-atribut-adat.

Yang membedakan maksud kedatangan si tamu ialah caranya berpakaian dan objek penyerta yang dibawanya. Jika si tamu berpakaian adat dan membawa sebotol tuak serta seekor ayam, pasti itu dalam rangka adat. 

Lain halnya dengan tamu yang datang untuk sekadar remeh-temeh dan kongkow bareng, misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun