Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Derai Air Mata Mama-mama Menyambut Listrik Masuk Desa

28 Oktober 2020   15:07 Diperbarui: 29 Oktober 2020   13:31 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemasangan listrik di reksa wilayah Manggarai, Flores (Dok. PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur, via Facebook)

Di penghujung 2019 kemarin, listrik sudah masuk ke desa kami. Semua penduduk desa menyambutnya dengan penuh sukacita.

Dee mori.. senang keta nai’k (Tuhan, betapa senangnya hati kami)” batin mama-mama di desa begitu melihat para pegawai PLN sesibuk semut menancapkan tiang listrik dan menjalari kabel ke setiap rumah-rumah penduduk.

Cahaya listrik menerangi desa kami adalah mimpi para leluhur, orangtua dan kami sejak dahulu yang kini sudah terwujud. Ya, meski melalui penantian yang cukup panjang.

Listrik masuk desa adalah sebuah anugerah penghiburan atas jiwa-jiwa yang selama ini hidup dalam kepasrahan dan kehilangan harapan. Betapa tidak, hampir seabad sudah bangsa kita merdeka, tapi untuk persoalan listrik saja kami masih belum merdeka (baca: susah).

Tetapi ya, begitulah mungkin yang dinamakan pembangunan. Tidak gampang memang mengurus bangsa yang sangat besar ini.

***

Bila menghela narasi sebelum listrik masuk ke desa, penduduk di desa saya masih mengandalkan generator, mesin Kubota, lampu sehen dan piring tenaga surya untuk penerangan di malam hari.

Di desa saya, misalnya, begitu matahari sudah ditelan telaga, bunyi generator dan mesin Kubota seperti paduan suara orchestra. Lumayan ribut dan memecahkan kesunyian di malam hari.

Meski demikian, tidak semua kepala keluarga memiliki alat penerangan semacam itu. Hanya orang tertentu saja. Kalaupun mengandalkan arus piring tenaga surya, ya, cukup untuk menerangi 2--3 lampu saja. Sementara untuk ngecas Hp, komputer dan lain sebagainya tidak bisa lagi.

Terkhusus untuk mesin Kubota yang berbahan bakar solar di rumah kami, karena dinamo dan kekuatan arusnya besar, mampu mengaliri (membagi arus) ke rumah-rumah tetangga disekitar.

Hanya saja yang menjadi kendala, bila mesin Kubota di rumah sedang rusak atau kehabisan bahan bakar, misalnya, maka ketujuh rumah tadi ikut gelap saja di malam itu. Begitulah, susah senang dinikmati bersama.

***

Akan tetapi untuk saat ini memang situasi sudah banyak yang berubah seiring listrik dari PLTP Ulumbu sudah masuk secara merata ke desa kami dan desa tetangga.

Alat penerangan seperti generator, mesin Kubota, hingga piring sinar surya yang dibagikan oleh pemerintah sebagian besarnya berlahan-lahan ‘dipensiunkan’. Meski tak dimungkiri memang, sejauh ini penerangan listrik PLTP Ulumbu masih belum stabil.

Pihak pengelola PLTP Ulumbu mensinyalir, situasi tak stabil itu dikarenakan pembangunan listrik ke selatan Manggarai masih sedang berjalan dan dalam masa pembenahan.

Sebagai informasi saja, PLTP Ulumbu adalah pembangkit listrik yang bersumber dari panas bumi yang sesekini dikelola oleh PLN sebagai listrik terbarukan. Ulumbu sendiri berada di Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Manggarai, Flores, NTT. Ulumbu juga adalah wilayah pengeboran panas bumi pertama di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

PLTP Ulumbu (Gambar facebook PT Cogindo Unit PLTP Ulumbu)
PLTP Ulumbu (Gambar facebook PT Cogindo Unit PLTP Ulumbu)

***

Ada rasa bangga, tentu saja. Bahkan, derai air mata mama-mama tak mampu dibendung tatkala listrik sudah menyambang ke desa.

Suatu sisi, dengan pasokan listrik yang cukup memadai saat ini, ada banyak aktivitas masyarakat yang terbantu.

Kini di desa sudah ada unit usaha baru seperti usaha foto copy, warkop 24 jam, konter pulsa dsb. Tak kurangnya, adik-adik saya yang masih sekolah di desa tidak belajar di bawah terang lampu pelita lagi.

Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, seiring masuknya listrik ke desa, baru-baru ini juga tower telkomsel mulai dipasang dan/atau didirikan di desa kami. Rasa bahagia itu lebih berlipat lagi, ihwal kami tidak perlu naik ke atas bukit lagi untuk mencari jaringan.

Dokpri
Dokpri

Perubahan memang sebuah keniscayaan. Hanya mungkin dibutuhkan banyak waktu, tentu saja.

Pendek kata, tulisan ini saya anggit untuk dipersembahkan kepada pihak PLTP Ulumbu dan PLN wilayah NTT beserta pihak-pihak terkait yang dengan segala usahanya mampu menghadirkan listrik ke desa saya dan desa-desa lainnya di Manggarai.

Terima kasih banyak. Selamat Hari Listrik Nasional, 27 Oktober 2020. Bravo! Terus membangun negeri. Tuhan menyertai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun