Karena merasa situasi sudah agak bersahabat, secepat cahaya, Philip mulai mendekati Riska dan menyapa dengan nada suara yang merendah. Lalu, memegang tangan Riska tanpa sungkan. Ada tawa-tawa kecil terdengar di tengah perbincangan mereka.
Pada momen pertemuan perdana itu pula, Philip hendak menembak Riska. Ia ingin menumpahkan isi hatinya itu kepada Riska dengan apa adanya dan sejujur-jujurnya.
Lalu, untuk memuluskan niatnya itu, Philip membawa Riska ke Kapela Wae Balak, kapela tua yang letaknya agak ke selatan dan tidak jauh dari gua Maria. Hal itu dilakukannya atas pertimbangan situasi dan agar tidak menodai kekhusyukan orang yang sementara berdoa.
Sesampainya di teras kapela tua, sembari dengan manja memegang jari-jemari kedua tangan Riska, Philip mengatakan cintannya:
"Aku sangat mencintaimu, Ris. Sudah lama aku ingin mengatakan hal ini kepadamu. Dan kupikir inilah waktu yang tepat" kata Philip, serius.
Lagi dan lagi, Riska hanya tersenyum. Entah, mungkin dia kehilangan kata-kata saking tepersona. Riska kemudian jatuh ke pelukan Philip. Dipeluknya Riska dengan erat, penuh kelembutan dan kasih sayang.
Sejak saat itu, di hari keempat bulan Maria, Philip dan Riska resmi menjalin hubungan yang diikat dengan tali kasih dan cinta, tentu saja.
Sungguh sebuah awal yang baik, karena perjalinan cinta mereka terikrar di bulan suci dan disaksikan oleh kapela tua, tempat Tuhan bersemedi.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H