¿
Tibalah pada sore itu, segenap anak-anak asrama dan sejumlah pemimpin komunitas di sekolah Philip, berjalan menuju gua Maria untuk berdoa rosario bersama.
Setiba didekat gua dan hendak memulai doa bersama, masing-masing dari mereka membentuk perkumpulan-perkumpulan kecil.
Anak asrama di sekolah Katolik memang begitu. Pada saat doa bersama, terjadi pemisahan antar kelompok putri dan juga putra.
Tidak ada aturan yang mewajibkan itu sebenarnya. Hanya saja karena faktor in se (baca: dirinya masih malu-malu kucing). Selebihnya, mewanti-wanti ada tangan jahil yang mencolek dari arah samping atau dari belakang bila duduk bareng.
Tampak, sore itu Riska mengenakan baju bewarna biru langit dan celana pendek selutut. Persisnya pula, ia duduk paling depan di kelompoknya. Demikian dengan wajahnya yang bersinar, ayu nun ceria.
Begitu pula dengan Philip. Tampilannya sore itu sangat berbeda. Hitam rambutnya sangat mengkilap, dan badanya bermandikan parfum kasablanca; harum semerbak. Setidaknya, teman lelaki yang duduk disebelahnya memberikan kesaksian seperti itu.
Selama doa rosario berlangsung, acapkali keduanya saling mencuri pandang. Terlihat sangat kompak dan sesekali menyampaikan pesan cinta lewat kedipan mata. Dari sederet kode-kode (dialogis) itu, semakin mempertebal niat hati dari keduanya untuk bertemu.
¿
Setelah doa bersama selesai, satu persatu dari anak asrama pergi meninggalkan tempat sakral itu. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih belum beranjak, karena masih ingin melanjutkan doa; menyampaikan itensi pribadinya didepan patung Bunda Maria.
Selebihnya, ada Philip dan Riska yang masih bertahan.