Tentu saja desain ini amat kontras dengan konsep Pariwisata Labuan Bajo berbasis alam (nature) yang selama ini menjadi daya tarik wisatawan internasional.
Saya pribadi sebenarnya, tidak begitu menggebu-gebu menolak rencana pemerintah ini. Sebab saya adalah bagian dari aliran ekosentrisme.
Aliran ini peduli pada lingkungan hidup. Pembangunan boleh tetap dilakukan asalkan tidak merusak lingkungan hidup dan ekosistem yang ada di Pulau Rinca dan sekitarnya.
Karenanya, pembangunan yang selaras dengan alam adalah hal utama. Diskusi pertumbuhan ekonomi bukanlah hal yang paling penting.
Perlu juga mengutamakan masa depan komodo dan turunannya. Menurut aliran ini, pembangunan tidak boleh merusak habitus Komodo. Kemajuan pembangunan tidak boleh mencederai pariwisata alam yang selama ini menjadi pamor Labuan Bajo dimata internasional.
Perlu Sinergi Bersama: Pemerintah dan Masyarakat
Dari segala silang pendapat yang ada, pertentangan bukanlah tujuan akhir. Diskursus rasional seputar rencana pengembangan Pulau Rinca hanyalah cara kita mengambil keputusan yang tepat.
Semua pihak seyogianya berusaha memberikan kontribusi alternatif pemecahan atas masalah ini.
Perbedaan kepentingan terhadap rencana pengembangan dan penetapan Pulau Rinca ini semakin menyadarkan kita bahwa pembangunan merupakan usaha bersama untuk menyatukan semua energi pelbagai elemen, baik pemerintah pusat dan daerah, pelaku wisata dan masyarakat Manggarai Barat dan NTT umumnya akan sejahtera.
Semoga bermanfaat. Salam.