Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pengembangan Pulau Rinca Jadi "Jurassic Park" Kenapa Dikecam dan Ditolak?

19 September 2020   18:12 Diperbarui: 20 September 2020   09:41 3287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT).| Sumber: Dok. Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR

Saat ini rencana pemerintah pusat menyulap Pulau Rinca jadi Jurassic Park tuai kecaman publik. Saling serang dan silang pendapat semakin terang benderang dipamerkan dalam perdebatan publik.

Argumentasi dan jejak pendapat yang dibangun berbasis pada kepentingan masing-masing. Baik pemerintah dan masyarakat, misalnya mempunyai konsep yang berbeda dalam melihat orientasi pengembangan geopark yang popular dinamakan Jurassic Park ini.

Di suatu sisi, pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR, misalnya memiliki landasan pijak pada pengembangan geopark di Pulau Rinca, Labuan Bajo, Manggarai Barat, dengan konsep mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Taman Nasional Komodo dengan mengembangkan potensi yang ada dengan cara berkelanjutan.

Sementara masyarakat dengan berbagai kategori: Forum Masyarakat Peduli (FMP) dan Penyelamat Pariwisata (Formapp) Manggarai Barat, misalnya menolak rencana pengembangan ini dengan dalih bertentangan dengan hakikat keberadaan Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai kawasan konservasi.

Singkatnya, pemerintah pusat dan (sebagian) masyarakat terpecah belah. Ada yang menerima, tak sedikit juga yang menolak rencana itu.

Menimang Konsep Pengembangan Pulau Rinca Berbasis "Jurassic Park"

Bila melihat ikhtiar pemerintah pusat ihwal pengembangan konsep geopark di sekitar TNK, tak lain masih setali tiga uang dengan visi misi pembangunan daerah yang menjadi alasan utama. Dan menurut hemat saya, alasan ini jugalah yang membuat Pemkab Manggarai Barat (Mabar) menerima dengan baik rencana tersebut.

Tersebab logika yang dibangun adalah pendapatan ekonomi menjadi muara akhir dari pembangunan itu. Logika ini pulalah yang dijadikan sebagai upaya Pemkab mengkonkritasikan program kerja yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat yang dipimpinnya.

Lalu, seperti apa konsep pengembangan Pulau Rinca berbasis Jurassic Park itu?

Melansir Kompas.com (23/01), Yori Antar Awal, sang arsitek yang ditunjuk mengerjakan desain Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo, mengatakan bahwa penetapan dan pengembangan kawasan Pulau Rinca tidak boleh mengganggu habitat Komodo.

Maka dari itu, konsep desainnya diciptakan dengan pendekatan geopark yang berkelanjutan, mirip dengan pengembangan Jurassic Park

Dengan begitu, dalam konsep desain yang akan diterapkan, hanya satu titik yang akan dibangun struktur besar untuk melihat atraksi komodo. Ini artinya, dari 45 liang Komodo di Pulau Rinca, hanya satu liang yang bisa dimanfaatkan untuk atraksi wisata.

Sebagai informasi, satu liang diisi 70 ekor Komodo. Sebagian besar liang akan dilindungi agar habitat Komodo tidak terusik dan terganggu aktivitas wisatawan. Demikian pula dengan rumah-rumah warga disekitarnya akan ditata rapi dan sesuai dengan kearifan lokal dengan mengadopsi desain rumah tradisional Manggarai.

Penataan Pulau Rinca menelan dana Rp 30 Miliar.(Dokumentasi Kementerian PUPR)
Penataan Pulau Rinca menelan dana Rp 30 Miliar.(Dokumentasi Kementerian PUPR)

Alasan Masyarakat Menolak Konsep "Jurassic Park"

Meski demikian, sebagian besar masyarakat dan khususnya Formapp melihat rencana penataan dan/atau pengembangan Pulau Rinca ini bakal merusak habitus alamiah Komodo yang ada di sana. Makanya harus ditolak karena sudah menyimpang dengan prinsip konservasi.

Selebihnya, bila mengacu pada SK Menteri Kehutanan Nomor 306 Tahun 1992 tentang Pembentukan Taman Nasional Komodo (TNK), dijelaskan TNK adalah kawasan konservasi alami yang utuh dari satwa Komodo dan ekosistem lainnya, baik di darat maupun di udara.

Dengan demikian, model pembangunan sarana dan prasarana geopark dengan cara betonisasi dapat menghancurkan bentangan alam kawasan TNK yang di dalamnya termasuk kawasan Pulau Rinca dan Loh Buaya.

Menurut saya juga, Pulau Rinca itu sebenarnya kecil, terutama lahan yang secara teknis bisa diokupasi. Masalahnya adalah dengan adanya proyek pengembangan geopark itu nanti dapat mengubah rona alam dan rekayasa landscape justru bisa merusak keindahan pulau itu. Belum lagi misalnya, proyek itu nanti mendatangkan alat berat untuk konstruksi seperti eksavator, loader, dll.

Karena pada dasarnya, satwa liar itu tidak suka diganggu dengan terlalu banyak wisatawan yang hadir ke sana. Tersebab, itu akan membuat dia menjadi: 

Pertama, Kehilangan naluri alamiahnya. Layaknya ayam hutan yang tadinya liar jadi jinak.

Kedua, Komodo akan menjadi satwa yang pemalas, insting memangsa dan berburunya akan hilang, ihwal untuk makan selalu dikasih-kasih melulu.

Ketiga, Komodonya bakal stres, sakit-sakitan dan bukan tidak mungkin makin bringas.

Pendek kata, menurut saya konsep geopark dan/atau Jurassic Park itu sejenis pariwisata buatan. Kurang lebih bentuknya sama seperti taman safari atau kebun binatang. 

Tentu saja desain ini amat kontras dengan konsep Pariwisata Labuan Bajo berbasis alam (nature) yang selama ini menjadi daya tarik wisatawan internasional.

https://www.pu.go.id
https://www.pu.go.id

Saya pribadi sebenarnya, tidak begitu menggebu-gebu menolak rencana pemerintah ini. Sebab saya adalah bagian dari aliran ekosentrisme. 

Aliran ini peduli pada lingkungan hidup. Pembangunan boleh tetap dilakukan asalkan tidak merusak lingkungan hidup dan ekosistem yang ada di Pulau Rinca dan sekitarnya.

Karenanya, pembangunan yang selaras dengan alam adalah hal utama. Diskusi pertumbuhan ekonomi bukanlah hal yang paling penting.

Perlu juga mengutamakan masa depan komodo dan turunannya. Menurut aliran ini, pembangunan tidak boleh merusak habitus Komodo. Kemajuan pembangunan tidak boleh mencederai pariwisata alam yang selama ini menjadi pamor Labuan Bajo dimata internasional.

Perlu Sinergi Bersama: Pemerintah dan Masyarakat

Dari segala silang pendapat yang ada, pertentangan bukanlah tujuan akhir. Diskursus rasional seputar rencana pengembangan Pulau Rinca hanyalah cara kita mengambil keputusan yang tepat. 

Semua pihak seyogianya berusaha memberikan kontribusi alternatif pemecahan atas masalah ini.

https://www.pu.go.id
https://www.pu.go.id

Perbedaan kepentingan terhadap rencana pengembangan dan penetapan Pulau Rinca ini semakin menyadarkan kita bahwa pembangunan merupakan usaha bersama untuk menyatukan semua energi pelbagai elemen, baik pemerintah pusat dan daerah, pelaku wisata dan masyarakat Manggarai Barat dan NTT umumnya akan sejahtera. 

Semoga bermanfaat. Salam.

Bacaan

1. Berita Kompas.com (23/01/ 20020)

2. Berita Kompas.com (16/09/2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun