Sepintas, itu pekerjaan yang aneh, bukan? Iya'lah, kan namanya juga pekerjaan bocah.
Menari Sanda dan Berbalas Pantun
Setiap kali satu pantun selesai diucapkan, para orang tua hingga kami yang masih bocah ramai-ramai bertepuk tangan, bersorak-sorai gembira.
Anehnya lagi, kami yang masih anak-anak mendadak ikut berbahak-bahak tawa meski sama sekali tidak mengerti apa maksud dari pantun itu (?).
Pada dasarnya, pantun berbalas antar orang tua dan muda-mudi ini sama-sama romantis, seni dan memukau jiwa.
Tanpa bertele-tele lagi, berikut saya membahasaindonesiakan pantun-pantun yang kental dengan logat Mangggarai itu kepada Anda sekalian;
*Pantun ala Orang tua:
Waktu daftar hari terahkir
Waktu terasa banyak terbuang
Kamu nggak perlu khawatir
Cintaku hanya untukmu seorang
Bawa paku dipukul batu
Dicampur jamu di atas tungku
Cintaku cukuplah satu
Untuk kamu sepanjang hidupku
Air mawar di dalam cangkir
Disimpan kendi di bawah parang
Sedari awal hinggalah akhir
Sayangku tercurah untukmu seorang
Sapu rumah hingga bersih
Atapnya satu dibawa pergi
Tatap mataku wahai kekasih
Cintaku satu tak terbagi-bagi
Paling banyak burung gelatik
Di atas terbang melayang
Memang banyak wanita cantik
Cuma engkau yang aku sayang