Dalam mitologi Manggarai Barat, yakni dari sudut pandang budaya, masyarakat masih mempercayai akan keberadaan makhluk halus.
Adapun makhluk halus yang dipercayai masyarakat Manggarai Barat seperti; Poti/Jing (setan), Ine Weu (Genderuwo) dan Kakar Tana (sering digambarkan sebagai perempuan cantik).
Nah, pada edisi kali ini saya ingin menyibak wajah liyan mengenai mitologi keberadaan Kakar Tana ini.
Adalah Kakar Tana, mahluk halus yang sering digambarkan sebagai perempuan berparas cantik, bertubuh molek, putih, mulus, berambut panjang dan bermata kucing. Pokoknya bila ditatap, hati jadi meleleh dengan sendirinya. Hihihi
Bahkan pernah sekaliber Kompas.com, mengulas tentang keberadaan Kakar Tana di Tiwu Ndeghar Peka, Tanah Kolang Kecamatan Kuwus Barat, Manggarai Barat [disini].
Keberadaan Kakar Tana ini dipercayai oleh masyarakat Manggarai Barat sebagai makhluk halus yang biasa mandi dan atau berenang di Ngalor (sungai), Cunca (air terjun) dan Tiwu (danau) yang letaknya agak jauh dengan pemukiman warga.
Mitologi Kakar Tana
Sebagai masyarakat Manggarai Barat, saya sedemikian percaya dengan hal-hal makhluk. Kendati hingga saat ini saya belum (dan tidak akan pernah mau) melihat secara langsung penampakan Kakar Tana ini. Serem-serem gimana gitu. Hihihi
Saya cukup mengkonstrusikan wujudnya didalam batok kepala saja. Entahlah, fantasi dan imajinasi saya menyandingkan dengan sosok-sosok potensial yang lebih riil.
Menurut terminologi lisan yang diwariskan para leluhur dan atau pendahulu kami, kehadiran dan penampakan Kakar Tana ini bisa kita ketahui lewat tanda-tanda alam. Yakni pada saat hujan gerimis disiang bolong.
Menurut penuturan orang-orang yang sampai ketelinga saya, Kakar Tana ini biasanya mandi dalam keadaan tubuh telanjang, dan juga tanpa menggunakan peralatan mandi (seperti sabun, sampo dan luluran). Cuma rendam begitu saja.
Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, tidak semua orang bisa menyaksikan penampakan Kakar Tana ini. Hanya orang-orang tertentu saja yang dalam hal ini memiliki kemampuan Wela Mata ( indigo/ indra ke 6).
Diceritakan, Kakar Tana ini tidak seserem dan segalak sebagaimana setan yang kita bayang-bayangi selama ini. Toh mereka hanya menumpang mandi dan tidak akan mengganggu kedamaiyan masyarakat disekitar. Hehe
Kakar Tana di Wae Melombang
Keberadaan Kakar Tana ini tidak hanya ada di Tiwu Ndeghar Peka, Tanah Kolang saja (seperti yang pernah digambarkan oleh Kompas.com), melainkan hampir disemua Tiwu/Cunca yang tersebar dibeberapa reksa wilayah Manggarai Raya.
Salah satunya juga ialah fenomena Kakar Tana di Wae Melombang, Kecamatan Pacar, Manggarai Barat (Mabar). Tapi sebelum kita kesana, terlebih dulu saya menceritakan diskursus singkat Wae Melombang ini.
Keberadaan Wae Melombang sendiri cukup jauh dari desa saya, sekitar 4 Km bila ditempuh dengan jalan kaki. Sejauh ini memang akses jalan setapak menuju kesana sudah bisa dilalui oleh sepeda motor, berkat sinergitas bersama warga desa saya, Wangkung.
Orientasi awalnya Wae Melombang dijadikan sebagai salah satu tempat obyek wisata. Sejauh ini mereka yang datang berkunjung hanya orang-orang dari desa tetangga. Hehe
Oke kita kembali ke diskursus Kakar Tana di Wae Melombang.
Masyarakat di desa saya hingga kini percaya bahwa, Wae Melombang kerap digunakan oleh Kakar Tana untuk sekadar mandi sewaktu hujan disiang bolong. Tentunya tidak setiap saat ya, hanya pada saat dan momen tertentu saja.
Bahkan sewaktu kami kecil dulu, Kakar Tana sering dijadikan medium oleh orang tua untuk menakut-nakuti kami. Bawasannya jangan bermain diluar pada saat hujan di siang hari. Pun tidak boleh asal-asalan menebang kayu didekat sumber mata air.
"Neka poka ghaju wa lupi mata wae. Jaga kudu le Kakar Tana. (Jangan menebang kayu didekat mata air. Awas dikejar Kakar Tana" seru orang tua
Menurut Kakek juga, Petrus (94) yang nota bene sebagai Tua Golo (orang yang dituakan disuatu kampung) percaya bahwa, Kakar Tana ini merupakan roh penunggu sekaligus penjaga mata air (agar tetap mengalir disetiap waktu).
"Hingga kini memang Wae Melombang sedari dulu mengalir secara intens dan volume airnya tidak pernah berkurang. Terlepas musim kemarau hingga penghujan".
Nenek moyang masyarakat Manggarai Barat juga mengharamkan pembalakan hutan secara liar dan tidak bertanggungjawab. Hal ini menurut saya relevan dengan istilah Go'et Manggarai Raya"Tinu puar kudut kemos kit wae teku, mboas kin wae woang. (Jangan menebang pohon secara sembarangan, agar ketersediaan air melimpah)".
Memang di sini keberadaan Kakar Tana ibarat dua sisi mata koin, yakni dimaknai sebagai mahluk gaib (menakutkan) dan juga makhluk baik, pelindung dan membawa kemaslahatan. Hehe
Demikian saja tulisan singkat mengenai fenomena Kakar Tana di Wae Melombang, Manggarai Barat. Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H