Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, tidak semua orang bisa menyaksikan penampakan Kakar Tana ini. Hanya orang-orang tertentu saja yang dalam hal ini memiliki kemampuan Wela Mata ( indigo/ indra ke 6).
Diceritakan, Kakar Tana ini tidak seserem dan segalak sebagaimana setan yang kita bayang-bayangi selama ini. Toh mereka hanya menumpang mandi dan tidak akan mengganggu kedamaiyan masyarakat disekitar. Hehe
Kakar Tana di Wae Melombang
Keberadaan Kakar Tana ini tidak hanya ada di Tiwu Ndeghar Peka, Tanah Kolang saja (seperti yang pernah digambarkan oleh Kompas.com), melainkan hampir disemua Tiwu/Cunca yang tersebar dibeberapa reksa wilayah Manggarai Raya.
Salah satunya juga ialah fenomena Kakar Tana di Wae Melombang, Kecamatan Pacar, Manggarai Barat (Mabar). Tapi sebelum kita kesana, terlebih dulu saya menceritakan diskursus singkat Wae Melombang ini.
Keberadaan Wae Melombang sendiri cukup jauh dari desa saya, sekitar 4 Km bila ditempuh dengan jalan kaki. Sejauh ini memang akses jalan setapak menuju kesana sudah bisa dilalui oleh sepeda motor, berkat sinergitas bersama warga desa saya, Wangkung.
Orientasi awalnya Wae Melombang dijadikan sebagai salah satu tempat obyek wisata. Sejauh ini mereka yang datang berkunjung hanya orang-orang dari desa tetangga. Hehe
Oke kita kembali ke diskursus Kakar Tana di Wae Melombang.
Masyarakat di desa saya hingga kini percaya bahwa, Wae Melombang kerap digunakan oleh Kakar Tana untuk sekadar mandi sewaktu hujan disiang bolong. Tentunya tidak setiap saat ya, hanya pada saat dan momen tertentu saja.
Bahkan sewaktu kami kecil dulu, Kakar Tana sering dijadikan medium oleh orang tua untuk menakut-nakuti kami. Bawasannya jangan bermain diluar pada saat hujan di siang hari. Pun tidak boleh asal-asalan menebang kayu didekat sumber mata air.
"Neka poka ghaju wa lupi mata wae. Jaga kudu le Kakar Tana. (Jangan menebang kayu didekat mata air. Awas dikejar Kakar Tana" seru orang tua