Sejak seorang manusia dewasa yang sudah dapat berpikir berkenalan dengan frasa 'atheisme' maka si manusia dewasa itu harus membunuh atheisme, minimal untuk dirinya sendiri. Bagaimana cara saya..? Cogito Ergo Sum. Yang kemudian menjadi, segala sesuatu adalah ada. DIA ADA. Apa lawan kata ada..? Hilang.. Bukan tidak ada. Karena segala sesuatu adalah ada. Dusta pun, ada.
DIA hilang dari pikiran atheisme. Kenapa hilang..? Karena atheis berpikir tapi tidak menemukan. Hilang adalah untuk dicari, hilang adalah menanti untuk ditemukan. DIA ADA. "Carilah maka engkau akan menemukan". "Carilah dengan segenap hatimu selagi DIA Berkenan ditemui oleh mu" Pertanyaan-nya, apakah si atheis sungguh-sungguh mencari..? Dimana mencari..? Dengan apa mencari..? Dan sebelum saya berpanjang-panjang, etimologi dan semantik bisa sangat berguna. Contoh konkrit sederhana-nya.
1. Jika bahasa Inggris yang digunakan DIA adalah Lord bukan god.
2. Jika bahasa Indonesia/Melayu, DIA adalah Tuan, bukan tuhan.
3. Dalam bahasa Jawa, Gusti adalah rohani dan gelar duniawi.
Kata saya, rasakan dan resapi perbedaan makna-nya.
By the way, big bang adalah kebohongan besar. Dan bukankah atheisme harus juga melakukan kerja percaya pada big bang untuk meneguhkan ke-atheisan-nya..? What..?!? Atheis melakukan percaya juga..?? Lalu atheisme berkata "Loh..semua itu kan empirik dan bisa di buktikan. Kata saya, "tunjukan satelit ada dimana, tidak sebiji pun satelit di atas sana. The earth is flat and stationary. Bumi datar dan diam.Â
Jika kapal laut atau kapal layar, berlayar dari Australia ke Amerika, apakah si kapal akan menanjak waktu berlayar di laut..? atau berlayar datar terus dari Australia sampai ke Amerika..?
Bumi datar dan tidak berputar-putar
Air tidak melengkung.
Lalu apa arti semua ini..?