Mohon tunggu...
Al Mujizat
Al Mujizat Mohon Tunggu... profesional -

Jutaan ide milyaran rasa

Selanjutnya

Tutup

Money

Apple, Mengendalikan Rentang Pengaruh

17 Maret 2017   08:54 Diperbarui: 17 Maret 2017   22:00 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Apple menjadi perusahaan yang sangat moncreng selama satu dekade terakhir. Perusahaan teknologi yang berbasis di Negara Bagian California, Amerika Serikat ini melaporkan keuntungan sebesar US$13,6 miliar atau setara dengan Rp176,7 triliun pada 2015. Adapun pemasukan total Apple mencapai US$58 miliar atau Rp754,6 triliun. Meningkat dari tahun ke tahun.

Didirikan pada tahun 1977 dan terdaftar di NASDAQ Global Select Market exchange. Memproduksi dan memasarkan telepon selular, perangkat media, komputer pribadi dan pemutar musik digital portabel, dan menjual berbagai perangkat lunak terkait, jasa, peripheral, solusi jaringan, dan penyedia aplikasi dan konten digital.

Apple seluruh dunia mempekerjakan 60.400 karyawan permanen, 2.900 karyawan paruh waktu dan kontraktor. Apple juga menggunakan perusahaan outsourcing untuk pembuatan produk. Sebagian besar berlokasi di Asia.

Namun, transparansi yang masih terbatas atas kebijakan keberlanjutan pemasok Apple pernah dikritik di media. Pada bulan Februari 2010 Apple menolak usulan dari dua pemegang saham untuk menyusun laporan keberlanjutan tentang kebijakan lingkungan dan dampak kegiatan perusahaan terhadap perubahan iklim.  Disamping usulan lainnya yaitu mendirikan komite keberlanjutan.

Konflik terkenal yang melibatkan pemasok Apple adalah kasus bunuh diri di Foxconn, sebuah produsen kontraktor elektronik terbesar di dunia.

Foxconn adalah produsen iPhone dan iPads. Ia mempekerjakan lebih dari 900.000 pekerja, di antaranya 420.000 karyawan bekerja di pabrik Foxconn Shenzhen. Kawasan industri ini meliputi 15 pabrik, termasuk asrama, rumah sakit, bank, toko dan restoran. Para pekerja tinggal dan bekerja di dalam kompleks.

Pada tahun 2006 media China melaporkan penerapan jam kerja terlalu panjang dan diskriminasi terhadap pekerja Cina daratan oleh atasan mereka dari Taiwan. Pada bulan Mei 2010 beberapa sumber media melaporkan beberapa kasus bunuh diri di Foxconn. Dari 2009 hingga 2010 total 13 pekerja telah melakukan bunuh diri. Pekerja pertama, Sun Danyong, bunuh diri setelah ia telah diinterogasi atas hilangnya prototipe iPhone 4.

Ketika mantan CEO Steve Jobs ditanya tentang bunuh diri di Foxconn, ia membela pemasoknya. "Foxconn tidak pemeras", tukasnya.

Selama penyelidikan diam-diam, ditemukan penyebab alasan bunuh diri itu terkait dengan manajemen internal. “Fasilitas Foxconn baik-baik saja, tetapi manajemen bermasalah,” ungkap Zhu Guangbing, salah seorang penyelidik.

Menurut Audrey Tsui, seorang profesor di Singapore Business School, Foxconn melakukan pendekatan manajemen ala militer. Para pekerja tidak diperbolehkan untuk berinteraksi satu sama lain. Pekerja yang melanggar aturan dihukum dengan denda atau yang dianggap menghina oleh manajer.

Jam kerja mingguan pekerja berlangsung hingga 70 jam, sepuluh jam di atas jam maksimum yang ditetapkan dalam  Apple’s Supplier Code, sebuah pedoman bagi pemasok. Pabrik Foxconn memiliki fasilitas yang baik. Para pekerja memiliki akses ke kolam renang dan lapangan tenis. Foxconn menyelenggarakan kegiatan seperti klub catur, mendaki gunung atau ekspedisi memancing. Tapi dengan jam kerja seminggu 70 jam, karyawan tidak punya waktu untuk menikmati fasilitas ini

Meski, hasil wawancara dengan beberapa pekerja Foxconn oleh Dreamworks China terungkap bahwa tidak semua karyawan merasa tidak puas. Beberapa percaya bahwa kondisi kerja di pabrik-pabrik kecil lebih buruk. Salah satu pekerja Foxconn menyatakan bahwa media terlalu membesar-besarkan kasus bunuh diri tersebut, padahal penyebabnya bisa saja persoalan pribadi dari karyawan yang bersangkutan.

Pada bulan Februari 2011, media melaporkan adanya pekerja anak pada pemasok untuk komputer, iPod dan iPhones itu. Terbukti, Laporan yang dirilis Apple  sendiri (Supplier Responsibility Report 2011)  menyebutkan sebanyak 91 pekerja di bawah umur dipekerjakan di pemasok mereka.

Kasus kesehatan dan keselamatan kondisi pekerja di pemasok juga menyeruak. Pada Mei 2010 dua pekerja tewas dan enam belas karyawan terluka saat ledakan di Foxconn. Pada bulan yang sama, The Guardian melaporkan bahwa pekerja dari Wintek telah terpapar oleh racun n-heksana, yaitu bahan kimia beracun yang digunakan untuk membersihkan layar sentuh iPhone. Karyawan mengeluh bahwa kompensasi Wintek atas rusaknya kesehatan tidaklah cukup. Ironisnya, para pekerja yang tidak menerima kompensasi diminta untuk mengundurkan diri dari pekerjaan mereka.

Atas kasus yang terjadi pada pemasoknya, Apple kemudian melakukan audit. Memastikan apakah pemasok sudah melakukan pelanggaran atas Supplier Code.  Audit meliputi hal-hal terkait kondisi kesehatan, keselamatan, kondisi lingkungan dan fasilitas kerja. Pada Laporan Tanggung Jawab Pemasok 2010, Apple memperoleh 102 temuan. Tahun berikutnya, 2011, diperoleh 229 temuan audit, meningkat 80%. Audit tersebut mengidentifikasi sepuluh fasilitas dari pemasok yang mempekerjakan anak di bawah umur. Bahkan salah satunya mempekerjakan sebagian besar anak di bawah umur.

Karena manajemen pemasok tidak mengatasi masalah dengan baik, Apple memutuskan mengakhiri kontrak dengan fasilitas ini. Atas tenaga kerja di bawah umur yang dipekerjakan, pemasok diharuskan membayar biaya pendidikan, tunjangan hidup dan kehilangan upah selama enam bulan atau sampai pekerja mencapai usia enam belas.

Selanjutnya, pada November 2010, Apple menyiapkan program pelatihan untuk mencegah mempekerjakan pekerja di bawah umur. Sejumlah manajer sumber daya manusia (SDM) dilatih tentang hukum perburuhan China.

Pelatihan SDM, bagaimanapun, tidak akan memecahkan masalah pekerja anak. Ketika biaya tenaga kerja, energi dan bahan baku naik dan terjadi kekurangan tenaga kerja, sehingga pemilik pabrik dipaksa untuk memotong biaya dan mencari tenaga kerja lebih murah.

Apple bersikap keras terhadap praktek pekerja dibawah umur ini. Apple mewajibkan pemasok untuk mengembalikan pekerja dibawah umur ke sekolah dan  membiayai pendidikan mereka melalui Program Remediasi Pekerja Anak (Apple’s Child Labour Remediation Program).

Mengenai penghapusan pekerja dibawah umur, Tim Cook, CEO Apple, menyatakan, "Kami ingin benar-benar menghilangkan setiap kasus ketenagakerjaan di bawah umur. Kami telah melakukan itu di semua proses perakitan akhir. Kami harus masuk lebih dalam ke rantai pasokan. Kami menemukan bahwa sistem verifikasi usia belum cukup canggih. Ini sesuatu yang sangat disayangkan dan kami ingin menghilangkan secara total”.

Tentang masalah penggunaan n-heksana, Apple mewajibkan Wintek untuk berhenti menggunakan n-heksana dan meminta Wintek untuk memperbaiki sistem ventilasi. Apple juga meminta Wintek untuk bekerja dengan konsultan untuk meningkatkan sistem kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja.

Untuk menunjukkan keseriusan terhadap upaya pengendalian rantai pasok dan memainkan rentang pengaruh (sphere of influence), Apple menyatakan menjadi perusahaan yang transparan tentang rantai pasokan mereka. Bahkan, pada Februari 2012 Apple menjadi perusahaan teknologi pertama yang bergabung dengan Fair Labour Association (FLA).

Sumber referensi :

1)Cristina A. Cedillo Torres, Mercedes Garcia-French, Rosemarie Hordijk, Kim Nguyen, Lana Olup, ‘Four Case Studies on Corporate Social Responsibility: Do Conflicts Affect a Company’s Corporate Social Responsibility Policy’, 2013

2)http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/04/150428_bisnis_apple_profit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun