Penulis: Na'ila Zalikha Puradin
Kelas: X 2A
--------------------------
Bandung, sabtu, 12 januari 2023
Kepulan asap dari ramainya aktivitas manusia menjadi saksi sepi dan runtuhnya gadis itu, berlalu lalang sang pemilik pun tak lagi dihiraukannya, memang ramai bahkan sangat berisik namun tak sekalipun hal tersebut mengusik gadis itu, ia terlalu kalut di telan dahulu bersama lautan bising dari kepalanya, terlempar jauh pada potongan-potongan memori yang terus-menerus menghujam seolah berniat untuk menghakimi ia di masa lalu. Beralaskan kursi taman gadis itu mendudukkan dirinya seraya menatap hampa kota yang malam itu terlihat sangat cantik dan sendu mengingat hujan yang baru usai singgah serta membasahi kota itu, tapi tak sejalan dengan pandangan gadis tersebut menurutnya setiap sudut dari kota ini hanya luka baginya, luka yang menjadi saksi direbutnya sosok itu darinya.
"ALUNA!"teriak seseorang ketika netranya tak sengaja menangkap sosok yang begitu dikenalnya, merasa ada yang memanggil namanya gadis bernama Aluna itupun sedikit menoleh ke arah asal suara tersebut, hanya sekilas sebelum gadis itu Kembali mengarahkan pandangannya ke tempat yang sama.Merasa tak dihiraukan oleh sang pemilik nama ia pun bergegas menghampiri gadis yang dimaksud.
"Aluna kamu ga dengar saya?" ujarnya seraya meraih bahu ringkih tersebut serta mencoba untuk menatap wajahnya ,tetap tak ada jawaban dari sang pemilik nama hanya tolehan sementara namun sebelum gadis itu  kembali mengalihkan pandangannya, langsung berhasil dicegah dengan pegangan yang begitu hangat menyentuh bahunya membuat netra keduanya bertemu dan kali ini tak ada penolakan lagi. Ditangkapnya pandangan yang terlihat begitu hancur dan berantakan seolah hilang harapan.
"Siapa?"
"saya abhi, kita pernah ketemu di rumah sakit tempat ibumu dirawat"
"mau apa kamu?"
"saya tidak bermaksud jahat Aluna, saya hanya ingin menolong dan menjadi temanmu"
"aku tidak butuh orang asing menemaniku" Ujar Aluna seraya berdiri dan terus berjalan tanpa mau mendengar apa yang diucapkan orang yang menurutnya sangat aneh tersebut.Tak mau egois dengan niatnya, seseorang yang diketahui bernama abhi itu pun membiarkan aluna pergi.
Aluna tahu bahwa semakin jauh ia membawa kakinya menapak semakin jauh pula rasa putus asa membawanya hanyut semakin dalam, ia terlalu sakit di kota itu. Gadis cantik itu sudah terlalu banyak menyimpan banyak lukanya, ia terlalu pasrah dengan duka yang membanya terus tenggelam ke titik duka paling hancur.
Regal Enclave
Disanalah pria itu bergerak maju dari lorong minim akan cahaya matahari berusaha mempertegas penglihatan untuk mencari seseorang yang sekiranya dapat menjadi kunci dari tumpukan teka-teki yang selama ini turut menghantui pikirannya, sampai tibalah ia di depan kamar bertuliskan angka.
1201
'tok tok tok' Tak lama setelah pria itu mengetuk pintu muncul seorang wanita paru baya yang tentunya tak asing baginya.
"Nak abhi?"
"iya bu saya abhi, maaf mengganggu waktunya saya kesini ingin menanyakan beberapa hal mengenai Aluna?" Mendengar nama itu disebut membuat wanita paru baya itu seketika menjadi antusias, sekilas ada secerca harapan yang mulai menyelimutinya. Dan segera mempersilahkan Abhi untuk masuk.
"ayo nak abhi kita bicarakan di dalam saja"
"begini bu, beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan Aluna sudah beberapa kali saya coba mengajaknya untuk berbicara tapi Aluna enggan menjawab, dia terlihat sangat frustasi. Saya rasa sepertinya Aluna pernah mengalami suatu kejadian yang tidak pernah ia duga" Ujar Abhi saraya terus menatap wanita paruh baya yang diduga bernama risa.
Mendengar hal yang dilontarkan dari sosok pria di hadapannya, wanita paruh baya itu sontak terkejut namun setelahnya sorot mata yang ditampakkan mulai terlihat sayu, nampak jelas penyesalan didalamnya serta banyak hal yang terasa sangat sulit untuk diutarakan.
"saya sudah mewanti-wanti hal ini akan datang, sebenarnya ada suatu hal yang terjadi pada Aluna namun sayangnya hal ini yang membuat saya merasa sangat menyesal karena tidak pernah tahu jelas mengenai kejadian beberapa tahun lalu, yang saya tahu saat saya datang ke rumah sakit dan waktu itu Aluna sudah dalam keadaan bersimbah darah, saya mendengar persis saat itu dia hanya memanggil-manggil nama ayahnya yang saat itu dibawa ke dalam ruang perawatan. Jadi mungkin kalau nak Abhi ingin tahun lebih jelas mengenai apa yang terjadi beberapa tahun lalu mungkin hanya Aluna yang bisa menjawabnya" Abhi dengan seksama mendengar penjelasan dari bu Risa, nampak begitu jelas wanita itu sangat hancur saat setiap kata diutarakan mengenai Aluna.
Pria itu merasa kurang puas dengan apa yang diutarakan, dan saat itu juga ia merasa sepertinya ia harus mencari tahu apa yang terjadi pada gadis cantik bernama Aluna, gadis yang saat ia hanya membaca sekilas saja mengenai data diri gadis tersebut sudah membuatnya begitu penasaran, sebenarnya apa yang terjadi pada Aluna sehingga membuatnya begitu kecewa dengan dirinya bahkan memiliki keinginan yang begitu besar untuk mengakhiri hidup di usianya yang masih sangat muda.
Setelah berpamitan Abhi pun melangkahkan kakinya keluar dari gedung itu. Saat ini tujuannya adalah mencari keberadaan Aluna, keinginannya untuk mencari tahu tentang gadis itu kian membuncah.
Jogja, Senin 12 maret 2022
"Abhi" ujar seseorang, merasa namanya disebut seketika sang pemilik nama itu pun menoleh ke arah sumber suara.
"saya punya data beberapa orang yang mungkin bisa kamu bantu, saya sudah memisahkan beberapa data untuk ditangani rekan-rekanmu yang lain, tapi ada satu dari beberapa data ini yang saya rasa sangat menarik dan sepertinya hanya kamu yang bisa membantu gadis ini"Ujar pria paruh baya yang tadi memanggil Abhi seraya menyodorkan apa yang ada dalam genggamannya agar dapat dilihat oleh lelaki tersebut.
"Baik prof mungkin akan saya lihat dulu kasusnya"Ujar pria itu. Setelah menerima beberapa lembaran berisikan data pasien, pria yang akrab disapa Abhi itu pun kembali meneruskan langkahnya.
Abhista reaspati pangestu, itulah yang tertera pada bilik kokoh tempat yang menjadi saksi berbagai macam cerita telah ditumpahkan. Akrab dikenal dengan panggilan Abhi itu saat ini bekerja sebegai seorang psikiater, memiliki ketertarikan  membantu banyak orang melalui batinlah yang membuatnya menetap.
setelah mendudukkan dirinya pada kursi tempat ia biasa beristirahat, Abhi pun mulai membuka data yang telah diberikan, untuk segera ia cek dan telaah. Saat sampai di lembaran pertama, cukup berbeda dari data-data sebelumnya, tidak banyak tulisan mengenai gadis yang diketahuinya bernama Aluna itu. Namun, perlahan saat ia mulai membuka beberapa data setelahnya ia semakin penasaran, melihat dari hasil diagnosa yang cukup berat mengenai penyakit mental gadis ini ternyata tidak sebanding dengan data yang tercantum dalam kertas itu.
Â
Bandung, sabtu, 12 januari 2014
"AYAH!" Terdengar langkah kaki seiring dengan suara nyaring  yang begitu antusias menuruni tangga satu persatu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H