Mohon tunggu...
Gubrak Jabrik
Gubrak Jabrik Mohon Tunggu... -

May I paint the sky?

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Awan Bertaut Bisu

25 Mei 2010   17:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:58 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam kalbu ku tanam benih-benih awan

dalam tautan bisu yang membara

Kutapakin hari-hari tanpa kata

hanya nafas dan detak-detak jam dinding tua itu

berpacu dengan jalannya usia

***

Terimakasih Tuhan

telah Kau karuniakan semua

yang kadang tidak dipahami ciptaanMu

ada sejuta bisu yang akhirnya merangkai kata-kata

ada sejuta mimpi yang akhirnya merangkai nyata

ada sejuta ragu yang akhirnya terkatakan

***

Genangan air mata

yang lama tersimpan rapi dalam senyumnya kalbu

tertetes satu demi satu

Gumpalan gundah

yang bisu dan tidak pernah kutau

tertuang dalam pancaran mata

Aku mencoba membaca

***

usapan jari-jariku

mengisyaratkan hasratku

untuk membuka tembok yang bisu

Tanpa kata-kata aku mencoba

untuk membaca karuniaMu

***

Awan

yang dulu bisu

sekarang aku kian tau

bahwa kamu dan aku tidaklah beda

bahwa aku perlu selalu bercermin

pada pancaran matamu

***

Larut sudah usia ini

biarkan aku meneruskan langkah

menapakin jalanku bersama

kamu dalam benak dan kalbuku

Terimakasih Tuhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun