Dalam kalbu ku tanam benih-benih awan
dalam tautan bisu yang membara
Kutapakin hari-hari tanpa kata
hanya nafas dan detak-detak jam dinding tua itu
berpacu dengan jalannya usia
***
Terimakasih Tuhan
telah Kau karuniakan semua
yang kadang tidak dipahami ciptaanMu
ada sejuta bisu yang akhirnya merangkai kata-kata
ada sejuta mimpi yang akhirnya merangkai nyata
ada sejuta ragu yang akhirnya terkatakan
***
Genangan air mata
yang lama tersimpan rapi dalam senyumnya kalbu
tertetes satu demi satu
Gumpalan gundah
yang bisu dan tidak pernah kutau
tertuang dalam pancaran mata
Aku mencoba membaca
***
usapan jari-jariku
mengisyaratkan hasratku
untuk membuka tembok yang bisu
Tanpa kata-kata aku mencoba
untuk membaca karuniaMu
***
yang dulu bisu
sekarang aku kian tau
bahwa kamu dan aku tidaklah beda
bahwa aku perlu selalu bercermin
pada pancaran matamu
***
Larut sudah usia ini
biarkan aku meneruskan langkah
menapakin jalanku bersama
kamu dalam benak dan kalbuku
Terimakasih Tuhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H