Kami bertiga pun berangkat naik tuk-tuk. Karena tuk-tuk itu di kiri dan kanannya terbuka, maka saat masih di kota, kami harus terpapar debu yang cukup tebal karena di sana sedang banyak pembangunan. Namun, setelah di luar kota, udaranya pun menjadi semakin bersih. Di kiri kanan kami terdapat hutan jati.
Jalanan menuju tempat itu pun bagus dan sangat sepi, seolah-olah jalan itu milik kami sendiri. Setelah hampir sekitar satu jam, kami tiba di pintu masuk menuju 'Butterfly Park' dan 'Kuang Si Waterfall'. Setelah membayar 20000 kip per orang, kami pun masuk ke Taman Nasional itu. Tempatnya teduh dan bersih.
Ada dua jalur menuju air terjun itu. Satu melalui jalan tanah, dan yang satu lagi lewat jalan yang sudah beraspal. Kami memilih jalan tanah. Tidak jauh dari situ terdapat 'bear sanctuary'. Kami berhenti dulu untuk melihat beberapa beruang. Alamak, beruang di sana gemuk-gemuk. Lucu sekali. Ada yang tiduran, ada yang mandi di kubangan, ada juga yang sekedar berjalan-jalan.
Cantik sekali. Saya pikir ini air terjunnya. Walaupun cantik agak kecewa juga rasanya saat itu karena air terjun di negara kita jauh lebih bagus dan tinggi. Beberapa wisatawan Korea mulai berfoto-foto. Ada yang masuk ke dalam air, ada yang hanya di tepi saja.
Rupanya semakin ke atas, semakin indah pemandangannya. Air terjun ini bertingkat-tingkat dan tidak dalam. Ada beberapa wisatawan yang duduk di beberapa bangku yang disediakan di dalam kolam.
Akhirnya saya sampai di air terjun utama. Wah airnya deras dan indah sekali. Beruntung saya mendapat pemandangan yang indah, karena saat sebelum berangkat saya sempat melihat foto-foto air terjun ini yang diunggah di internet dan airnya tidak sederas yang saya lihat saat itu. Tentu saja saya langsung mengambil foto sebanyak-banyaknya.
Jadi saya takut terlambat. Saya kemudian memutuskan untuk turun dan mencoba mengajak kakak dan keponakan saya untuk naik melihat air terjun utama. Sayang kalau tidak melihatnya. Akhirnya mereka pun naik dan yang pasti sangat menyukai pemandangan yang mereka lihat.
Setelah puas menikmati air terjun Kuang Si, kami memutuskan untuk kembali ke tuk-tuk. Kami mengambil rute jalan aspal. Wah beruntung ketika berangkat kami memilih jalan tanah. Jika kami mengambil rute jalan aspal, kami tidak akan melihat kolam-kolam berwarna hijau tosca yang indah.
Kami kemudian kembali menuju Luang Prabang. Di perjalanan kami berhenti sejenak di perkampungan suku Hmong untuk melihat desa mereka dan mungkin membeli hasil kerajinan mereka. Saat tiba di perkampungan Hmong, suasananya sepi sekali. Banyak yang sedang rebahan di lapak mereka. Saat melihat kami datang, mereka langsung bangun dan mulai menawarkan dagangan mereka.Â
Rupanya suku Hmong yang ada di Laos berbeda dengan orang-orang Hmong yang ada di Sapa. Di Sapa , Vietnam Utara, mereka terlihat unik dengan pakaian sehari-hari mereka yang masih tradisional, sementara di Laos mereka sudah berpakaian seperli layaknya orang-orang Laos. Tidak ada gelang kaki, gelang tangan, penutup kepala yang indah, baju hitam dll. Namun, kain yang mereka pakai adalah hasil tenunan mereka sendiri.
Tidak lama kami di kampung Hmong, kami lalu kembali ke Luang Prabang untuk beristirahat karena sore harinya kami ingin mendatangi 'night market' yang belum kami kunjungi.