Mohon tunggu...
G Tersiandini
G Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan guru di sekolah internasional

Mantan guru, penikmat kuliner dan senang bepergian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Merasakan Berkemah di Tanakita, Cisaat, Sukabumi

7 Januari 2016   12:33 Diperbarui: 11 Januari 2016   07:52 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Kami menyewa empat ojek untuk kembali ke Tanakita. Perjalanan kembali ke “camp” ternyata tidak mudah. Jalan yang harus kami lalui berlumpur dan licin, sehingga tukang ojek harus mengemudikan ojeknya dengan hati-hati agar kami tidak terjatuh. Setelah lima belas menit perjalanan di tanah berlumpur, kami pun akhirnya sampai di jalan berbatu. Tidak lama kemudian sampailah kami di Tanakita.

Setelah tiba di Tanakita, kami langsung kembali ke tenda dan bersiap-siap untuk mandi. Kamar mandi terletak agak jauh dari tenda dan tepat berada di bawah area makan. Tersedia empat kamar kecil dan empat kamar mandi dengan air panasdan dingin, serta empat wastafel. Saat itu air panasnya sempat habis karena pengunjung cukup banyak, jadi kami mandi dengan air dingin. Brrrrrr. Rupanya di area bawah juga tersedia satu area mandi yang terdiri dari tiga kamar mandi, dua kamar kecil dan dua wastafel. Kami baru mengetahuinya keesokan harinya saat melihat-lihat di area perkemahan yang terletak di bawah. Kamar mandi di sini memakai “gas water heater”, selain itu penggunanya juga tidak banyak, sehingga air panasnya masih berjalan dengan baik.

Sesudah mandi, kami berkumpul di area utama. Beberapa pemandu bersiap-siap membuat api unggun. Karena sedang hujan, maka api unggun diadakan di area utama yang bertenda. Jika tidak hujan, api unggun diadakan di ruang terbuka di dekat area utama. Setelah api unggun menyala, para petugas di sana membakar singkong. Selain singkong, kita juga dapat menikmati combro yang disediakan. Sambil minum teh hangat yang dengan bebas dapat kita buat, saya menikmati hangatnya api unggun. Sementara itu kedua keponakan saya sibuk membakar marshmellow di atas api. Mereka senang sekali berada di sana karena ini adalah pertama kalinya mereka “camping”.

 

Tidak lama kemudian, makan malam pun segera tiba. Malam itu menu kami adalah ikan bakar, sayuran, buah, dan soto. Kami juga dihibur oleh sebuah “home band” yang menyanyikan beberapa lagu the Beatles, Noah, Peterpan, dll. Setelah makan, Kang Cipley mengajak kami untuk melihat kunang-kunang. Saat saya turun ke bawah, saya tidak menemukan Kang Cipley, namun di kejauhan saya melihat orang-orang bergerombol. Saya pikir mereka juga akan melihat kunang-kunang. Rupanya mereka akan menyalakan kembang api. Wah seru juga! Tak mengapa tidak melihat kunang-kunang, melihat kembang api juga menyenangkan.

Setelah kembang api habis, kami kembali ke atas ke area utama. Di sana beberapa orang sedang membakar jagung. Kami pun menikmati jagung bakar dan jahe panas. Aduh nikmat sekali. Beberapa pengunjung bernyanyi-nyanyi sambil berjoget.

Kantuk mulai menyerang dan keponakan saya yang berumur empat tahun sudah tidak sabar ingin kembali ke dalam tenda. Dia ingin segera merasakan bagaimana rasanya tidur di dalam tenda, karena ini adalah pengalaman pertama baginya. Akhirnya setelah membersihkan diri, kami pun kembali ke tenda.

Keesokan harinya saya dan kakak saya bangun sekitar jam 6 pagi. Sebenarnya kami masih enggan untuk bangun, tapi kami ingin melihat matahari terbit dari danau Situgunung yang katanya indah. Sayang, saat kami berjalan ke kamar mandi, matahari sudah terbit. Akhirnya kami putuskan untuk tidak mengunjungi situ. Tidak lama kemudian bel makan pagi berbunyi dan saya segera membangunkan kedua keponakan saya untuk sarapan.

Para petugas mengajarkan anak-anak untuk membuat “pancake”. Anak-anak yang ada di sana tampak senang sekali membuat “pancake” mereka sendiri. Selain “pancake”, sarapan hari itu terdiri dari nasi goreng, ayam goreng, dan mie goreng. Juga disediakan telur dadar.

 

Setelah makan, Kang Cipley menawari kami untuk ke danau, namun karena kami sudah pernah ke Situgunung, kami lebih memilih untuk mencoba “flying fox”. Sebenarnya penunjung bisa juga bermain di sungai atau melakukan “river tubing”, tetapi karena kami akan segera dijemput, maka “flying fox adalah pilihan kami. Kedua keponakan saya sangat senang, mereka bahkan ingin melakukannya lagi. Setelah itu kami berjalan ke Rumamera (villa merah), yaitu bagian dari Tanakita namun terletak agak jauh dari “camp” tempat yang kami tinggali. Pemandangan dari Rumamera lebih bagus dan tenda yang terdapat di sana juga lebih sedikit. Suasananya lebih enak. Ternyata selain di Rumamera, masih ada satu lagi “camp” Tanakita yang terletak di tepi sungai.

 

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, kami harus segera kembali ke “camp” karena jam sebelas kami akan dijemput oleh mobil yang kami sewa. Saat kembali ke “camp” saya bertemu dengan pemandu yang lain dan mereka sedang melihat lutung. Saya bersama keponakan laki-laki saya dan Kang Cipley pun penasaran ingin melihat lutung. Ternyata ada dua lutung sedang bersantai di atas pohon. Ukuran mereka cukup besar, berwarna hitam dan berekor panjang. Terlihat juga dua ekor lutung sedang melompat dari dahan pohon satu ke pohon yang lain. Tentu saja ini pemandangan yang tidak biasa untuk kami. Cukup lama kami di sana mengamati lutung-lutung tersebut bergelantungan di pohon tinggi. Setelah puas melihat lutung, kami segera kembali ke “camp”.

Dalam perjalanan menuju tenda, saya melihat sebuah lorong yang ketika malam sebelumnya, saat pergi ke kamar mandi saya lewati. Saya menanyakan fungsi dari lorong tersebut kepada Kang Cipley, dan dia mengajak kami masuk ke dalam lorong itu. Ternyata kami tiba di seberang, tepatnya di dapur. Jadi, lorong ini digunakan untuk mengangkut/mengirim bahan-bahan makanan agar tidak terlihat dan mengganggu pengunjung yang sedang duduk-duduk di area utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun