Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Debu Toko yang Datang dan Datang Lagi

21 Juli 2024   05:05 Diperbarui: 21 Juli 2024   08:14 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir dua minggu saya mendapatkan kesempatan belajar di tempat yang tidak biasanya, yakni pada sebuah toko yang menjajakan berbagai sepeda dan motor Listrik yang katanya lagi viral di Masyarakat. Perjalanan belajar dimulai dari nol, yakni mulai dari belum ada toko, melihat proses sewa, renovasi dan sampailah pada saat toko ini sudah dibuka.

Dari proses awal ini hal yang bisa saya lakukan paling mudah adalah melakukan pembersihan dari toko yang ada, mulai dari menyapu, membersihkan lantai sampai dengan membersihkan toilet yang sudah sangat kotor.

Ternyata banyak perubahan yang terjadi setelah dilakukan pembersihan, memang butuh upaya besar untuk membersihkannya, bukan hanya tenaga namun juga semangat yang luar biasa.

Dari sini saya teringat dengan tulisan yang pernah saya kirimkan kepada Mettasik dengan judul, akhirnya makna membersihkan toilet kudapatkan. Kali ini bukan hanya toilet yang kubersihkan, namun banyak area yang kubersihkan. Mulai dari area lantai satu, lantai dua, bahkan sampai area belakang toko. Rasa Lelah tidak terelakan, namun rasa bahagia muncul setelah melihat hasil yakni banyak area yang bersih karena apa yang kulakukan bersama rekan-rekanku yang sangat solid.

Pekerjaan membersihkan area-area yang kotor membuahkan hasil yang baik, Ketika mata melihat menjadi senang karena sudah berbeda kondisinya, dari yang semula kotor, menjadi bersih. Bahkan salah satu rekan saya mengatakan, kalau punya toko bersih, maka energi negatif bisa pergi, sebaliknya energi positif akan ada di tempat usaha kita.

Benar saja, pada waktu toko dibuka dengan kondisi yang bersih, masyarakat mulai berdatangan satu persatu, saya sangat bersemangat menantikan hal ini.

Ada hal yang menarik yang saya amati ketika berada di toko ini, yakni debu yang yang luar biasa banyaknya, dalam pikiran saya apa mungkin karena memang toko ini berada dipinggir jalan raya, sehingga debu itu seakan tiada pernah habis. Debu yang memang sangat kecil ukurannya namun membuat kita tidak nyaman, bahkan andai mata kemasukan debu bisa repot urusannya.

Maka dalam satu hari bilamana saya berada di toko, saya sering-sering menyapu bila tidak ada tamu yang datang agar toko menjadi lebih bersih. Namun setelah merenung saya merasa walaupun saya sesering mungkin membersihkan lantai dengan sapu, rasanya sulit menjadi bersih.

Saya jadi teringat satu pertanyaan saya ketika belajar dari seorang Bhikkhu yang memang menjadi teladan saya. Pada waktu itu kurang lebih pertanyaannya sebagai berikut; Mengapa kami yang telah banyak belajar mengenai empat kebenaran ariya, mengenai hukum tiga corak kehidupan, dan lainnya berulang-ulang, bahkan mungkin kami belajar dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya mengenai hal yang sama, kami belum menembusnya? Artinya masih jauh dari kesucian.

Bhikkhu tersebut menjawab bahwa banyak faktor yang membuat kita masih jauh dari penembusan, beberapa diantaranya beliau menyampaikan pertama, keseriusan untuk berlatih, bukan hanya sekadar berlatih, bahkan untuk mengerti saja kita belum, dengan kata lain kesungguhanan hati, komitmen pada diri.

Kedua adalah pemahaman yang masih keliru, salah mengerti dan kita belajar Dhamma itu bukan dari terjemahan Bahasa pertama, yakni Bahasa Pali, bias bisa terjadi kalau salah menerjemahkan. Sehingga bisa jadi ketika terjemahannya kurang tepat namun yang dibaca itu sudah merasa benar, dan merasa sudah tahu.

Hal yang ketiga itu kita baru punya satu atau dua modal saja, yaitu hanya punya perhatian dan semangat, namun belum punya kebijaksanaan, atau bisa juga kita hanya memiliki dua diantara tiga hal tersebut, yakni kebijaksanaan, perhatian dan semangat.

Berikutnya keterkaitan debu dengan yang saya rasakan dalam cerita di atas sesungguhnya ketika kita merenung bahwa debu-debu pengotor batin jauh lebih banyak daripada debu-debu yang datang ke toko saya. Debu-debu itu berupa keserakahan, kebencian, dendam, irihati, keraguan, kemalasan dan lainnya. Sehingga seandainya seseorang berjuang membersihkan debu yang satu, bukan tidak mungkin debu-debu lain semakin banyak. Maka dari itu perlu yang pengetahuan serta kesadaran penuh untuk melihat hal-hal tersebut. Perlu pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, daya Upaya benar, perhatian dan samadhi benar penembusan bisa direalisasikan.

Cara sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan belajar ajaran kebenaran, praktik hal-hal yang benar, termasuk melatih diri dalam pengembangan batin. Menumbuhkan kesadaran setiap saat adalah cara untuk mengembangkan kebijaksanaan yang disertai dengan semangat dan perhatian penuh.

Mengetahui debu-debu batin, berusaha membersihkan dengan penuh semangat, penuh perhatian dan disertai kebijaksanaan merupakan cara kita membersihkan debu-debu dari pengotor batin. Selamat berjuang.

Salam metta,

**

Jakarta, 21 Juli 2024
Suhendri, Kompasianer Mettasik

Dharmaduta | Pengajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun