Â
Memasuki Tahun 2000, Paman Si Hong  betul-betul memasuki dunia gelap gulita, tak satu titik terang pun  dapat dilihat. Sejak itulah Paman kehilangan kedua penglihatannya. Walaupun pada tahun 1999 sudah berobat ke dokter mata di sebuah Rumah Sakit di Bekasi, sang dokter mengatakan penyakit mata yang diderita Paman adalah Glukoma.
Paman menanyakan pada Pak Dokter, "Apakah kalau dioperasi mata ini, matanya akan bisa melihat kembali?". Sang Dokter mata hanya menggelengkan kepala kepada Paman. Paman pun mengerti bahwa penyakit matanya tidak dapat disembuhkan atau tidak dapat melihat kembali.
Setahun kemudian Paman sudah betul-betul tidak dapat melihat total, tapi hal ini tidak membuat Paman menderita dengan keterbatasannya. Paman dengan tidak bisa melihat, dia mulai belajar lebih mandiri, walaupun masih perlu dipandu untuk melakukan sesuatu.Â
Misalnya, memasak air panas untuk  termos. Untuk mengetahui air sudah mendidih apa belum, dengan mendengar bunyi airnya (bergolak-golak), artinya air sudah matang, kemudian air dituang dengan pakai corong ke termos. Karena ketidak hati-hatian termos pun pecah berkali-kali.
Hari demi hari, waktu demi waktu pun berlalu. Lama-kelamaan pendengaran Paman melemah alias mendekati budek. Paman dengan mata tidak melihat dan kuping tidak lagi mendengar, untuk masak air sudah tidak dilakukan lagi. Air panas disediakan di termos kecil. Air panas ini digunakan untuk ngopi pada waktu subuh.
Untuk mengetahui waktu, Paman selalu mendengarkan radio dengan volume suara paling pol, jadi suara radio terdengar sampai seisi rumah dan ramai sampai ke tetangga.
Radio Elshinta Siaran Batik (Bincang Indonesia Tiongkok) jam 05.00 dan jam 20.00 WIB ini menjadi siaran yang paling Paman  sukai. Pokoknya, Radio Elshinta tidak ada duanya. Dari mendengar Radio ini Paman selalu update mengenai Berita Nasional bahkan Internasional.
Pada pagi hari, Paman selalu sarapan mie instant Indomie soto mie pakai sawi dan telur, serta tak ketinggalan saus tomat.  Ini makanan favorit Paman. Waktu sarapan ini antara jam 08.00 - 09.00 WIB.
Paman menpunyai kebiasaan resik, yaitu, kalau mau makan harus ada air kobokan (air cuci tangan). Â Jadi setiap Paman mau makan selalu membersihkan tangan, baru Paman makan dan waktu makan selesai tangannya dibersihkan dan tidak ketinggalan lap untuk membersihkan mulutnya.
Pada jam 12.00 - 13.00 WIB, Paman makan siang sangat sederhana, nasi sekepel, sepotong ayam (daging sapi/ikan/tahu/tempe), sayur sop (sayur asem/sayur tumis pare/ tumis terong kecap/pokcay). dan tidak ketinggal sepotong buah pepaya atau pisang.
Satu jam setelah makan siang, Paman istirahat atau tidur siang selama 1 jam.
Setelah bangun, Paman siap-siap mau mandi sore (antara jam 15.00- 16.00 WIB). Dengan membawa baskom (tempat alat -alat mandi, terdiri sabun mandi, sabun rinso, sikat gigi, odol dan kaleng pispot untuk buang air kecil). Paman untuk jalan dari kamar tidur ke kamar mandi harus dipandu dengan menggunakan seutas tambang plastik yang diikat dari pintu kamar ke pintu kamar mandi.
Selesai mandi, Paman menuju ke tempat cuci pakaian sambil membawa baskom, menelurusi  tambang plastik merah yang diikat dari tangga ke tempat cuci. Paman masih bisa menyuci pakaian sendiri, hanya perlu disiapkan  kursi jengkok dan gayung serta tempat air yang posisinya tidak diubah-ubah.
Menyuci pakaian selesai, Paman menjemur pakai di tempat jemuran, yang awalnya harus dipandu dengan menggunakan gantungan. Pakaian yang sudah kering, dilampirkan di leher dan kemudian pakaian yang sudah di cuci di gantungin. Tempat jemuran ini tidak boleh berubah posisinya.
Setelah mandi dan menyuci pakaian, Paman kembali ke kamar tidur melalui tambang merah dan putih. Di tempat tidur Paman menggunakan Balsem untuk menggosokan tubuhnya, terutama bagian perut. Kemudian Paman rebahan sambil istirahat sore.
Meja makan disiapkan dan dibersihkan untuk makan malam Paman. Seperti ganti air kobokan, menyiapkan cuntang (gelas besar) berisi air putih untuk minumnya. Sepiring nasi putih sekepel, sayur sop/tumis pare dan sebutir telur rebus dibumbui kecap manis.
Paman makan malam antara jam 19.00 - 21.00 WIB, setelah mendengarkan siaran Radio Elshinta Batik (Bincang Santai Indonesia -Tiongkok), kegemarannya dan satu-satu hiburan bagi Paman.
Paman tidur malam jam 22.00 sampai jam 03.00. Setelah bangun tidur, kegiatan Paman di pagi hari diisi dengan berolahraga ringan di ruang kamar tidur dengan berdiri sambil menggerakkan kaki dan tangan selama 20 menit, dilanjutkan sembahyang di depan Altar sambil membacakan Paritta Suci dan Keng Ta Pei Shen Cou - Maha Karuna Dharani. Paman sangat hapal Keng ini yang terdiri dari 84 dewa di luar kepala, setelah itu dilanjutkan Dengan Meditasi selama 30 menit.
Berdoa dan meditasi selesai, dilanjutkan dengan minum kopi pagi, kopinya masih pakai gula/kopi manis ditambah camilan bakpia atau biskuit. Nyeduh kopi Paman lakukan sendiri dengan air panas, dari termos dia tuangkan kegelas dan jarinya sebagai ukuran petunjuk kalau gelas sudah penuh.
Setelah ngopi dilanjutkan dengan meditasi duduk di bangku selama 30 - 50 menit. Paman duduk sampai cucu keponakannya pada pamit kerja, sambil dibacakan do'a oleh Paman. Setelah cucu-cucunya pada pergi kerja, Paman menuju kemeja makan untuk sarapan Indomie kesukaannya.
Paman kini berusia 91 tahun pada tahun 2023. Paman bernama: Ho Tien Tjun, lahir tanggal 22 Juni 1933 di Tegal. Hal yang dapat di petik dari kisah hidup Paman, "Walaupun mata tidak melihat dan kuping tidak mendengar, tapi hatinya masih dapat melihat jalan menuju kesempurnaan".Â
Paman bersyukur tidak pikun. Dan orang yang paling berjasa dalam  merawat  Paman dari tahun 1985 sampai 2021 adalah keponakannya yaitu (Almh.) Joen Hoa (Ho Heni).Â
Si Hong bersyukur dan terima kasih, karena diberi kesempatan untuk merawat Paman. Paman bagi Si Hong adalah Guru Kesabaran.
**
Bekasi, 24 April 2024
Penulis: Ir. Sanjaya (Lim Tjin Sen), Kompasianer Mettasik
Hiduplah Selaras dengan Alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H