Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Hari-Hari dalam Perjuangan

28 Desember 2023   05:38 Diperbarui: 28 Desember 2023   05:56 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan Hari-Hari dalam Perjuangan (gambar: uwarteloo.ca, diolah pribadi)

Ketika disini saya sendiri. Ya, hanya sendirian saja, membiarkan tubuh saya merasakan sentuhan kasur, dengan kepasrahan yang sangat, mengamati segala sensasi tubuh yang muncul.

Menyadari rasa ketidaknyamanan ini memang bagian dari proses yang harus saya lalui.

Bila dulu hanya ada dalam teks yang saya baca, bila dulu hanya saya dengar dari para guru dan kalyanamitra maka kali ini, setiap kali rasa ini hadir, saya mendapat prakteknya langsung. Saya nyata berada di dalamnya.

Suasana tenang dalam ruangan ini, saya berusaha praktek meditasi, mengamati batin ketika perasaan tak nyaman ini muncul lagi.

Melalui begitu banyak proses. Proses persiapan ke rumah sakit, proses di perjalanan saat dibonceng putri saya naik sepeda motor, proses masuk ke IGD.

Mengamati proses pada saat petugas medis dengan ramah serta sigap langsung melakukan tindakan medis, tanpa banyak ba-bu-bi. Setelah satu persatu alat dipasang, petugas mulai menanyakan detailnya. Penangangannya sangat efektif, dilakukan waktu dalam waktu yang cepat. Begitu pula segala informasi yang kami perlukan, terutama tentang administrasi pendaftaran rawat inap.

Lalu, sambil berbaring saya mulai bersahabat dengan kondisi saya. Merasakan dengan penuh perhatian saat saya dinaikkan ambulance menuju RSPHD untuk menjalani Ct-scan kemudian kembali lagi ke Rumah sakit semula.

Semua berjalan dengan baik. Sebagai pasien Rumah Sakit Condong Catur ini, saya merasa dimanusiakan. Kebersihan terjaga, semua pertugas ramah, mulai dari bagian pendaftaran, dokter, perawat, petugas ambulans, petugas kebersihan, petugas pengantar makanan. Sebagai pasien saya benar-benar merasa tenang.

Namun, ternyata memang tidak ada yang sempurna. Masalah muncul ketika salah satu petugas IGD menanyakan sesuatu, "Permisi, Bu. Kartu KIS Ibu non aktif. Kami sudah menunggu beberapa saat, kami kira server kami bermasalah, ternyata setelah kami cek berulang, kartu Ibu memang non aktif. Bolehkah saya bertanya, kapan terakhir ibu menggunakannya?"

Jedarrrr...

Bagai mendengar petir di siang bolong, jantung saya berdegup kencang, dada terasa sesak seketika. Namun, saya tetap berusaha tenang. "Akhir bulan Oktober 2023 saya masih menggunakannya untuk berobat rutin, Bu Dokter," jawabku.

Berbagai pertanyaan pun berseliweran di kepala, apakah KIS saya dinon-aktifkan dari pusat? Bukankah saya pasien kurang mampu secara ekonomi dengan riwayat stroke yang masih dalam pengawasan dokter spesialis saraf?

Panik?

Tentu sajalah. Menderita lagi kan? Udah kere, sakit pula. Kartu KIS gak berfungsi pula, belum dapat pekerjaan pula.

Pertanyaan pun berubah menjadi kekhwatiran. Bagaimana saya harus membiayai ongkos perawatan saya. Bagaimana saya bisa membiayai anak-anak saya yang masih menempuh pendidikan?

Wah. Banyak kali bah problem saya ini. Memang hidup adalah dukkha.

Eits, tenang. Tarik napas, sadar Lus, sabar ya.

Lalu, teringat ajaran guru Buddha. Jika hidup adalah Dukkha, ada jalan menuju lenyapnya Dukkha.

Nah ini dia!!!

Akhirnya, bagaikan pertunjukan sinetor kejar tayang, keseruan memuncak, kepanikan berkurang. Untungnya nih, putri saya juga bisa tenang. Jiwa pendekarnya terbakar, dia telepon pihak BPKS, telepon kontak Dinas Sosial, telepon teman-teman saya, dan teman-temannya barangkali bertanya tentang informasi soal pengaktifan KIS.

Berhasil, meskipun informasinya kembali bikin ketar-ketir. Informasi dari Dinsos, pengaktifan KIS membutuhkan waktu 14 hari sampai dengan 30 hari. Wah, keburu mati dong saya. Bukan karena sakit, tetapi karena stres mikir biaya rumah sakit dari mana?  

Pasca stroke April lalu, saya belum bisa bekerja. Tepatnya, belum ada tauke yang mau menerima saya bekerja. Udah tua sakit pula. Hahaha.

Terpaksa, jurus terakhir aku gunakan. Merepotkan keluarga Sahabat Dhamma dan Grup Penulis Mettasik. Melalui brader Willi, sis Limei, kena deh Acek Rudy saya tegel. Hahahaha.

Konon hati yang sedang bergembira adalah obat yang paling mujarab. Jadi, boleh dong saya menulis di rumah sakit sambil tertawa. Berbagi kebahagiaan kepada para pembaca.

Namun, nangisnya gak usah ditulis ya. Takut ko Chuang Bali ikut melo. Hikhikhik.

Berkat bantuan teman-teman, akhirnya saya bisa keluar dari rumah sakit. Plus BPJS aktif lewat orang dalam dong. Eits, jangan salah paham. Karena kalau orang luar kan ada penjual cilok, batagor, es cendol dawet, dan petugas parkir rumah sakit yang baik hati. Hehehe.

Intinya kebaikan dan ketulusan hati itu tidak di pandang dari status sosial. Di sini saya sudah membuktikan sabda guru Buddha, "Kebaikan akan kembali kepada si pelaku di waktu yang tidak disangka-sangka. Oleh sebab itu, semoga saya bisa selalu berbuat baik walau hanya lewat hal kecil sekali pun. Betapa bahagianya saya menerima berkah luar biasa ini.

Sabar, kisah saya belum selesai.

Pembangkit semangat saya adalah anak-anak saya. Juga ada ci Lanawati alias Sumana Devi yang setiap hari menemani saja. Mengajak bercerita, menanyakan perkembangan kesehatan saya. Meskipun hanya melalui japrian, tapi kehadirannya serasa nyata. Ada juga sis Erny W, sis Tania Salim, Sis Lusy B, ko Jayanto Chua, Bhante, Romo. Duh, nggak bisa disebut semua nih satu persatu. Pokoknya banyak banget, takut Romo Toni Yoyo capek membacanya entar.

Hmm. Mettasik memang asyik.

Maha anumodana, Bhante dan teman-teman donatur dari segala penjuru dunia. Semoga karma baiknya berbuah manis selalu.

Sadhu sadhu sadhu.

**

Yogyakarta, 17 Desember 2023.
Penulis: Lusy Maitri Kalyana, Kompasianer Mettasik

Jangan Lelah Berjuang, Sabar, dan Penuh Kesadaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun