Pasca stroke April lalu, saya belum bisa bekerja. Tepatnya, belum ada tauke yang mau menerima saya bekerja. Udah tua sakit pula. Hahaha.
Terpaksa, jurus terakhir aku gunakan. Merepotkan keluarga Sahabat Dhamma dan Grup Penulis Mettasik. Melalui brader Willi, sis Limei, kena deh Acek Rudy saya tegel. Hahahaha.
Konon hati yang sedang bergembira adalah obat yang paling mujarab. Jadi, boleh dong saya menulis di rumah sakit sambil tertawa. Berbagi kebahagiaan kepada para pembaca.
Namun, nangisnya gak usah ditulis ya. Takut ko Chuang Bali ikut melo. Hikhikhik.
Berkat bantuan teman-teman, akhirnya saya bisa keluar dari rumah sakit. Plus BPJS aktif lewat orang dalam dong. Eits, jangan salah paham. Karena kalau orang luar kan ada penjual cilok, batagor, es cendol dawet, dan petugas parkir rumah sakit yang baik hati. Hehehe.
Intinya kebaikan dan ketulusan hati itu tidak di pandang dari status sosial. Di sini saya sudah membuktikan sabda guru Buddha, "Kebaikan akan kembali kepada si pelaku di waktu yang tidak disangka-sangka. Oleh sebab itu, semoga saya bisa selalu berbuat baik walau hanya lewat hal kecil sekali pun. Betapa bahagianya saya menerima berkah luar biasa ini.
Sabar, kisah saya belum selesai.
Pembangkit semangat saya adalah anak-anak saya. Juga ada ci Lanawati alias Sumana Devi yang setiap hari menemani saja. Mengajak bercerita, menanyakan perkembangan kesehatan saya. Meskipun hanya melalui japrian, tapi kehadirannya serasa nyata. Ada juga sis Erny W, sis Tania Salim, Sis Lusy B, ko Jayanto Chua, Bhante, Romo. Duh, nggak bisa disebut semua nih satu persatu. Pokoknya banyak banget, takut Romo Toni Yoyo capek membacanya entar.
Hmm. Mettasik memang asyik.
Maha anumodana, Bhante dan teman-teman donatur dari segala penjuru dunia. Semoga karma baiknya berbuah manis selalu.
Sadhu sadhu sadhu.