Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pillow Talk #19: "Mami, Apa Itu Karma?"

12 November 2023   05:55 Diperbarui: 12 November 2023   05:56 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pillow Talk #19: Mami, Apa Itu Karma? (gambar: theatlantic.com, diolah pribadi)

Ade: "Mami, apa itu karma?"

Mami: "Apa yang kamu tanam, itu yang akan kamu tuai. Tanam biji mangga keluar buah mangga, bukan buah lainnya. Meski kadang tanam biji mangga pun, mangganya tidak mau berbuah. Jadi tidak semua karma akan berbuah, cuman daripada tanam yang tidak baik, bukankah lebih baik tanam yang baik-baik dan bermanfaat?"

Ade: "Ya Mi...."

Mami: "Mami waktu kecil suka mencela orang cacat, terus nenek bilang tidak boleh, nanti anakmu lahir akan seperti itu."

Ade: "Tidak apa-apa mencela Mi, yang penting Mami jangan punya anak."

Mami: "Hah? Teori dari mana itu ?"

Ade: "Teori orang gila...hehehe."

Mami: "Di sini jelas nasehat nenek kurang detail."

Ade: "Mengapa?"

Mami: "Jelas karma akan ditanggung oleh diri sendiri bukan oleh orang lain. Jadi kalau Mami mencela orang cacat, kemudian memilih untuk tidak punya anak pun, karma itu akan mengikuti Mami."

"Masa Mami yang berbuat salah, orang lain yang menanggung, tidak mungkin kan?"

"Harusnya Nenek bilang jangan mencela, sebab setiap celaanmu itu akan menjadi  karma buruk yang akan mengikuti kamu, dan mungkin suatu saat kamu akan terlahir cacat atau mendapatkan anak cacat. Intinya kalau tidak mau menanggung akibatnya jangan pernah memulai."

Ade: "Sendiri berbuat, sendiri yang bertanggung jawab, terus mengapa malah si anak yang mananggung cacatnya Mi?

Mami: "Anak yang terlahir cacat pun bawa karmanya sendiri De. Mungkin kelakuan si anak di kehidupan masa lampau yang tidak baik, sehingga menjadi cacat dikehidupan ini. Jadi si anak menjadi cacat karena karmanya sendiri."

"Karena  jalinan karma yg sama-sama tidak baik, akhirnya mereka bisa menyatu dan menjadi orang tua dan anak."

"Karma sendiri akan menjadi tanggungan diri sendiri, terlalu enak kalau karma sendiri bisa diwariskan."

"Sebetulnya kita adalah pencipta bagi kehidupan kita sendiri. Ingat seven habits, begin with the end in mind. Mau masa yang akan datang seperti apa, maka kita bentuk dari sekarang. Karena itu kita harus tahu cara mengelola dan membentuk kehidupan kita sendiri."

"Ketika karma buruk terlanjur terjadi, ada satu hal yang bisa perbaiki, yakin dengan  memperbaiki cara kita memandang terhadap suatu masalah. Sebab setiap masalah pasti punya dua sisi mata koin. Seperti gambar simbol yin yang, dalam hitam ada setitik putih, demikian juga sebaliknya dalam putih tetap ada setitik hitam."

"Jadi biarpun  karma buruk saat ini sedang terjadi, bila kita bisa memandang dari sisi positif maka tidak ada karma buruk baru yang muncul."

"Contoh, Mami memarahi Ade karena nakal. Kalau Ade melihat dari sisi negatifnya, Ade pasti sebal sama Mami dan bereaksi negatif sehingga muncul tindakan buruk. Tetapi kalau saja Ade berpikir positif, Ade pikir Mami marah sebab tidak mau Ade nakal dan salah berprilaku, tentu reaksi Ade ke mami beda lagi, Ade mungkin Akan nurut sama Mami. Betulkan? Reaksi Ade terhadap Mami itulah bentuk Karma yang baru."

"Yang membuat Ade menderita bukan buah karma dari karma buruk tetapi  reaksi Ade  terhadap  buah karma tersebut. Ketika reaksi Ade  positif maka tidak ada karma buruk baru yang muncul."

"Kita bisa mengubah neraka menjadi surga dengan mengubah sudut pandang. Sudut pandang yang berbeda akan memunculkan reaksi yang berbeda."

"Dunia akan tampak indah saat kita beraksi positif. Dunia adalah cerminan diri sendiri. Bagaimana memandang dunia tergantung suasana hati anda, oleh karena itu always be positif dan be proaktif, jangan reaktif."

"Dalam karma yang paling penting adalah cetana, niat dan kehendak untuk berbuat."

"Contoh, Saat Ade membantu teman yang dalam kesusahan, niatnya apa? Yang tau niatannya cuman Ade sendiri. Niat itu bisa bermacam-macam, ada yang membantu demi mencari keuntungan buat diri sendiri, demi cari nama baik, demi kesejahteraan teman, demi menjadi contoh yang baik buat sesama dan sebagainya."

"Tentu dari sekian banyak macam niat dan kehendak diatas akan menghasilkan karma yang berbeda-beda juga."

"Jangan meremehkan kejahatan maupun kebajikan walaupun kecil, sebab bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang jatuh setetes demi setetes, demikianlah karma akan membentuk kebiasaan dan kebiasaan ini akan membuat watak anda. Mau jadi orang bodoh atau bijaksana ditentukan oleh perbuatan diri kita sendiri."

"Karma ditentukan oleh masa lalu dan sekarang. Buah karma lampau seperti lahir jadi anak siapa, punya muka seperti apa, kita tidak bisa mengubahnya. Kita hanya bisa fokus mengubahnya saat ini."

"Apakah Ade mengerti?"

Ade : "Zzzzzz..."

**

Jakarta, 12 November 2023
Penulis: Lisa Tunas, Kompasianer Mettasik

A Loving Mom Who Learns Writing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun