Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pattica Samuppada, Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan

5 November 2023   05:55 Diperbarui: 5 November 2023   06:25 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Paticca Samuppada (gambar: shm.org, diolah pribadi)

Setelah puas menguras isi tas, cincin berlian di tangan pun tidak lepas dari incaran para perampok itu. Hasil dari tabunganku selama delapan tahun bekerja lenyaplah sudah. Untungnya bukan tanganku, karena gerombolan itu sempat kehilangan kesabaran saat aku kesulitan mengeluarkan cincin itu dari jari manisku.

Berbeda dengan kejadian pertama dan kedua, kali ini rasa takut benar-benar aku rasakan. Untungnya, drama itu segera berakhir. Setelah mengambil uang dan cincin, ketiga pria beringas itu langsung turun dan kabur melalui gang-gang sempit, meninggalkan diriku yang hanya bisa marah-marah kepada si supir mikrolet yang tidak membantuku tadi.

Sesampainya di kantor aku terduduk lemas. Seisi kantor heboh melihat kondisiku yang pucat pasi, syok, dan hampir pingsan. Ini belum termasuk rasa sakit di hati karena kehilangan cincin berlian kesayanganku.

Dan, kali ini aku tidak mendapat penggantian barang sepeserpun. Mungkin bos-ku menganggap jika aku berbohong. Itu isu yang kudengar. Ah, betapa malangnya nasibku saat itu.  

Setelah kejadian itu, aku menjadi trauma naik kendaraan umum. Sampai sekarang, meskipun kejadian itu sudah berselang 30 tahun. Namun, di balik kesialan itu lagi-lagi karma baikku berbuah. Aku mendapat fasilitas mobil Perusahaan yang masih kubawa sampai sekarang.

Lalu apa sih hubungannya ceritaku diatas dengan Pattica Samupadda yang kukatakan bisa menembus ruang waktu?

Begini, aku ditodong sampai tiga kali berturut-turut padahal aku tidak memakai perhiasan berlebih yang dapat membuatku menjadi sasaran tukang todong. Ditambah lagi jalur yang kutempuh sama dengan jalur yang ditempuh oleh adikku yang lebih senang memakai perhiasan komplit, dan sering pula pulang malam. Terkadang lagi, mikrolet yang ditumpanginya sering juga ngetem di daerah terkenal rawan, tapi dia aman-aman saja.

Malah dia sering menggodaku, agar tidak berteman dengan tukang todong.

Kehilangan cincin menimbulkan kekesalan dan penyesalan yang berkelanjutan. Kadar Dhamma-ku masih tipis untuk membuatku menerima nasib buruk yang menimpaku. Aku mulai berpikiran macam-macam. Dari menyesal mengapa harus aku, hingga menghubungkannya dengan ganjaran pada saat membeli cincin itu. Perlu diketahui, cincin itu aku beli dengan harga murah dari seorang Wanita yang sedang butuh uang untuk pengobatan suaminya.

Aku menyesal telah berlaku kejam, tetapi di sisi lain akupun belum bisa, tidak rela kehilangan, aku belum memahami arti melepas. Aku benar-benar butuh pencerahan!!!

Namun, sekarang sudah berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun