Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Telur atau Ayam Lebih Dahulu?

26 September 2023   05:55 Diperbarui: 26 September 2023   05:56 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur atau Ayam Lebih Dahulu (gambar: thespruce.com, diolah pribadi)

Begitu ia terima, ia menciptakan persepsi telpon ini milik "aku". Aku ada di dalam telpon gengam ini, telpon gengam itu ada di dalam diriku, aku adalah telpon itu, telpon itu adalah aku, telpon itu milikku, aku senang punya telpon. Sehingga kalau telpon masih bagus, aku senang, jika rusak, aku juga sakit.

Ketika ada "aku", maka muncullah gejolak "ini milikku, ini diriku, ini aku".

"Aku" adalah sebuah anggapan (persepsi) yang  ada penyebabnya. Apapun yang muncul karena suatu sebab, sewajarnya akan lenyap (yam kinci samudaya dhammam sabbam tam nirodha dhammam).

Anicca-Dukkha-Anatta

"Aku" menjadi jelas jika dilihat dari gejolaknya (ini milikku, ini diriku, ini aku). Jika persepsi yang benar dibangun, dengan anggapan tidak ada yang dapat dianggap sebagai "milikku, diriku, aku", maka secara perlahan anggapan "aku" juga akan terkikis.

Karena apapun yang muncul karena suatu sebab, pasti akan lenyap (Anicca). Segala sesuatu yang muncul dan lenyap ini, tidak dapat dianggap sebagai milikku, diriku, aku.

Jika dianggap demikian, maka ujung-ujungnya akan mengarah pada ketidak-puasan, penderitaan (Dukkha). Menjadi penderitaan karena jika sesuatu yang dianggap baik, akan lenyap, kelenyapannya tidak dapat dicegah, sebaliknya jika hal itu adalah buruk, kemunculannya juga tidak dapat dicegah.

Demikian juga segala yang tidak kekal ini, tidak memuaskan, tidak bisa diperintahkan untuk berhenti, tidak bisa diperintahkan untuk tidak lenyap, tidak dapat dianggap milikku, diriku, aku (Anatta).

**

Dengan memahami bahwa tidak ada satupun yang dapat dianggap sebagai milikku, diriku, aku (Anatta), maka anggapan tentang adanya "aku" menjadi perlahan pudar dan akhirnya lenyap.

Ketika tidak ada "aku", maka tidak ada aku bahagia, tidak ada aku menderita. Karena tidak ada aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun