Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Telur atau Ayam Lebih Dahulu?

26 September 2023   05:55 Diperbarui: 26 September 2023   05:56 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur atau Ayam Lebih Dahulu (gambar: thespruce.com, diolah pribadi)

**

Ketika seseorang ditingal pergi oleh orang yang ia cintai, misalkan ibunya. Ia bersedih, kadang sangat bersedih, bahkan bertahun-tahun lamanya.

Seseorang yang lewat melihat ada rumah yang sedang ramai, karena ada yang meninggal. Ia melewati daerah itu untuk pertama kalinya, tidak kenal orang-orang yang datang, tidak tau tempat itu apa namanya, ia sama sekali tidak ada rasa sedih. Sama sekali!. Bahkan mencari tahu siapa yang meninggal juga tidak.

Orang semacam ini banyak sekali, sangat banyak. Karena mereka semua tidak ada hubungannya dengan orang yang meninggal, kenalpun tidak. Ia tidak memiliki persepsi apapun pada orang yang meninggal itu. Tidak ada ikatan apapun terhadap dirinya, dia bukan-apa-apa bagi "aku".

Sama halnya jika sesorang baru saja membeli telpon genggam, saat sayang-sayangnya, tanpa sengaja terjatuh. Rusak, sama sekali tidak dapat diperbaiki, rasanya kesal, kecewa, marah, sedih bercapur aduk.

Yang sedih atau sedikit sedih adalah orang yang terkait dengan pemilik telpon gengam itu. Seperti ia yang menganggap memilik telpon itu ada adalah keluarga "aku", ia adalah sahabat baik "aku" dan tentunya yang paling bersedih adalah karena telpon genggam itu adalah "aku".

Bagi mereka yang tidak memiki pesepsi apapun pada pemiliki telpon genggam itu, tidak ada rasa kecewa atau sedih. Mungkin bagi penjual telpon genggam akan senang, karena ada kesempatan menjual yang baru.

Kisah Munculnya "Aku"

Apapun yang terjadi, baik ditinggal orang yang dikasihi, barang yang rusak, musihah atau sesuatu yang dianggap baik, misalkan mendapat hadiah, mendapat juara, menikah, bagi seseorang yang tidak ada kaitannya, bukanlah hal yang penting, tidak ada arti sama sekali. Semua menjadi penting, menjadi sangat berarti karena adanya "aku" yang terkait dengan semua itu. Karena adanya "aku", maka aku bahagia, aku menderita.

Apakah mungkin menghapus persepsi "aku", dalam arti tidak ada yang disebut ini milikku, ini diriku, ini aku?. Sangat mungkin.

Pemilik telpon genggam bersedih karena telpon barunya rusak. Tetapi jika sedetik saja sebelum serah terima telpon, telpon itu terjatuh lalu rusak, ia tidak akan bersedih. Padahal telpon yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun