Ke-lima penghalang (panca nivarana) itu adalah:
- Nafsu pemenuhan kesenangan indriya (Kamacchanda)
- Keinginan buruk sebagai konsekuensi kuatnya kemelekatan pada apa yang disenangi (Viyapada)
- Kelembaman raga dan kemalasan pikiran (thina-middha)
- Kegelisahan sebagai konsekuensi terbiasanya melekat pada apa yg dsenangi sehingga ketika objeknya banyak pikiran jadi loncat sana loncat sini (Uddhacca-Kukkuccha)
- Dan yang baru penulis ilustrasikan dengan dialog imajiner diatas -- keraguan pada Dhamma (vicikiccha)
-Angutara Nikaya 5:51
Awas, meski sebutannya penghalang, sama halnya dengan perasaan dan pikiran, kelima penghalang ini bukan cacat yang harus disesali, atau kesalahan yang diharamkan apalagi indikator kualitas diri. Kelima penghalang ini cukup disadari sebagai kemanusiawian yang jika benar bertekad bebas dr penderitaan harus dikendalikan.
Bagaimana mengendalikan sesuatu yang memang sudah jadi bagian dari siapa kita?
Dengan kekuatan Bala
Lagi-lagi awas, perhatikan urutannya. Kita mewarisi kamma terlahir jadi orang yang punya lima peghalang bathin yang kalau kita sungguh bertekad bebas dari penderitaan harus melatih, menghadirkan kekuatan. Jadi kekuatan ini bukan sesuatu yang didapat setelah menjalankan Dhamma, tapi justru syarat, modal yang harus dimiliki kalau mau sukses menjalankan Dhamma.
Ke-lima kekuatan (Panca bala) yang harus kita miliki untuk mengendalikan ke lima penghalang bathin untuk mencapai pencerahan adalah:
- Keyakinan (Saddha bala)
- Semangat (Virya bala)
- Perhatian/ingatan (Sati bala)
- Pemusatan pikiran (Samadhi bala)
- Kebijaksanaan (Panna bala)
-Â Samyuta Nikaya 50:1
Keyakinan pada Sang Buddha akan tumbuh dan menguat ketika ajaranya dijalankan dan tervalidasi oleh berkurangnya penderitaan dalam keseharian; menghilangkan segala keraguan.Â
Hilangnya keraguan pada ajaran Sang Buddha akan mengobarkan semangat melakukan kebajikan dan melatih bathin alih-alih terlena dalam kemalasan.
Kesenangan indriya surut tidak dengan mengingkari atau memerangi nafsu, tapi dengan menerima, memperhatikan, merenungkan dan pada akhirnya memahami corak kehidupan yang fana, tak terpuaskan dan kosong.