Kala kabut gelap menyelimuti hidupku
Aku menggigil dalam ketakutan
Menangis dalam keterpurukan
Melihat dunia ini dengan pandangan hampa
Kurasakan alam seakan mengutuk diriku
Sang Pencipta bersikap tidak adil padaku
Mengapa harus mengirimkan derita ini
Di tengah hidupku yang indah dan berwarna
Kurasakan semuanya laksana mimpi buruk
Yang akan berlalu begitu aku terbangun
Namun semuanya adalah kenyataan
Paket derita telah dikirimkan padaku
Tubuhku terasa lunglai tak bertulang
Saat terjatuh di jurang derita
Denyut  jantungku laksana berhenti
Pandanganku terasa berkunang-kunang
Di tengah keterpurukan dan kesedihanku
Ditinggalkan sang suami tercinta
Kekuatan dari dalam batin menopangku
Terdengar Bait Paritta Suci  Dhamma Sang Buddha Maha Agung
Aku wajar mengalami kematian
Aku takkan mampu menghindari kematian
Segala milikku yang kucintai dan kusenangi wajar berubah
Wajar terpisah dariku
Perlahan daku bangkit mendaki jurang derita
Walaupun terasa amat berat dan sedih
Daku berjuang mengumpulkan sisa kekuatan yang ada
Agar tetap tegak di tengah gelombang kehidupan ini
Daku bertekad membabarkan Dhamma Sang Buddha
Yang telah memberiku kekuatan di jurang derita
Akan kugunakan sisa umurku melukis kehidupan bermakna
Semoga suamiku tercinta Johny Soetarjie bahagia di alam sana
Sadhu...Sadhu...Sadhu...
**
Kendari, 12 Agustus 2023
Penulis: Henny Tunggeleng, S.Si., Kompasianer Mettasik
Aku Membabarkan Dhamma Lewat Goresan Penaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H