Tapi, permintaanku langsung ditolak oleh bos-nya si pongah yang kebetulan orang Padang dan ingin mengajak bos-ku mampir ke kampungnya.
Tapi keanehan mulai terjadi saat perjalanan pulang. Tiba-tiba mobil para bos mengambil jalur ke arah Ngarai Sianok, bukan ke kampung pak Bos.
Saat para bos turun di pintu masuk Ngarai Sianok, pertanyaan dalam benakku terjawab. Ternyata karena keasikan ngobrol, bos si Pongah tidak memperhatikan jalan. Dia yakin sopirnya tahu jalan kearah kampungnya.
Anehnya, dengan instruksi apa adanya itu, si supir malah berjalan kea rah sebaliknya, menuju ke Ngarai. Nah, untuk balik lagi tidaklah mungkin. Jadwal penerbangan sudah mepet.
Mereka turun dan bermain-main di lembah. Aku tidak mau ikut, karena karena cukup jauh ke bawah. Mending aku duduk sambil menikmati keindahannya. karena keinginanku memang cuma ingin berpose dengan latar belakang air terjun.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba.
Dalam suasana yang tidak terlalu ramai, tiba-tiba ada seorang tukang foto keliling siap jadi yang menawarkan jasanya. Tercapailah sudah keinginanku memiliki foto yang bagus.
Saat aku terus asik mengagumi fotoku, ada sepasang suami istri paruh baya, yang melihatnya. Mereka ingin juga mengabadikan momen itu. Lalu, tanpa ditanya lagi, aku langsung menunjuk tempat di mana tukang foto itu pergi.
Namun, lucunya. Tidak ada orang di sana. Yang lebih menyeramkan lagi, arah yang kutunjuk adalah jalan buntu. Â
Sontak sepasang suami istri tadi bergegas pergi sambil bergumam, "Ih serammmm."
Dan semua orang pun heboh. Menurut supir, daerah itu tidak pernah ada tukang foto siap jadi. Meskipun ia juga heran, karena aku memegang bukti. Semua orang merinding, kecuali diriku yang senang memiliki mainan baru. Foto kenang-kenangan dari alam gaib.