Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Relief Borobudur: Bodhisattva Bertemu Harimau Betina

10 Juli 2023   05:55 Diperbarui: 10 Juli 2023   07:11 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
04-Para-murid-menghormati-Bodhisattva (gambar: photodharma.net)

Ajita pun merasa kagum dengan gurunya dan menyerukan syair berikut ini:

Lembut dalam kemurahan hati dan kukuh bagai bumi,
betapa ia tidak tahan dengan penderitaan makhluk lain!
Dan betapa pikiranku yang kasar ini,
Kontras dengan tindak keberaniannya yang luar biasa!" 

(Jatakamala 1 syair 36)

Para dewa, gandarwa, naga, dan yaksa yang menyaksikan kejadian ini pun tak kalah tersentuh. Mereka kemudian menaburkan bunga dan cendana ke tanah tempat tulang-belulang sang Bodhisattva sebagai bentuk penghormatan.

Welas Asih dan Pengorbanan Diri

Kisah ini menggambarkan betapa welas asih Bodhisasttva, hingga ia rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan makhluk lain, meski makhluk berwujud binatang sekalipun. Welas asih atau karuna merupakan salah satu sikap batin yang diunggulkan dalam Buddhisme, berupa rasa ingin meringankan penderitaan orang lain. Welas asih dapat kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menghibur orang yang bersedih, memberi bantuan materi kepada yang membutuhkan, atau memberi perlindungan pada orang yang ketakutan.

Welas asih dapat kita renungi dengan mengulang-ulang kalimat berikut dalam hati: "semoga semua makhluk bebas dari penderitaan."

Tidak Melekati Hidup

Kisah ini juga menggambarkan bagaimana Bodhisattva tidak melekati hidup dengan segala kenikmatannya. Meski terlahir dalam keluarga Brahmana yang terhormat, tetapi ia tidak terlena di dalamnya. Ia justru memilih kehidupan sebagai pertapa dan hidup sederhana di dalam hutan. Pun ketika menyaksikan harimau betina hendak memakan anak-anaknya, ia juga merenungkan bahwa kehidupan ini tidak bermakna bila tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan makhluk lain. Dengan demikian, ia mengorbankan dirinya.

Jangan Salah Paham

Ketika kisah ini saya sampaikan kepada seorang sahabat, ia merasa keheranan, "Bukankah ini namanya bunuh diri?", tanyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun