Melalui rasa dan suara batinku, mengalir kata-kata dalam bentuk puisi. Pernah kukatakan dhamma yang sesungguhnya ada di dalam buku batin kita. Apapun yang terlihat oleh kita, adalah cermin batin kita sendiri.
Sesungguhnya, kita hidup hanya dengan diri kita sendiri. Yang artinya, segala yang tertampak dan terasa sesungguhnya netral apa adanya. Menjadi berubah maknanya dikarenakan persepsi dan segala sesuatu yang ada di dalam diri kita. Namun itupun bukan diri kita.
Kedamaian dan ketenangan batin hanya dapat diraih melalui proses ke dalam diri. Kuncinya ada di dalam. Kesalahan dan rasa derita yang diakibatkannya dapat menjadi pemantik yang kuat dalam menjalani proses tersebut. Hingga kini, aku mulai merasa. Tak ada jalan lain selain menjejakkan kaki di saat ini. Aku harus lalui berbagai rasa yang ada di 'saat ini'.
Di awal, aku merasa aku tak boleh mementingkan diriku. Berjalannya waktu, aku mulai mencari berbagai cara untuk memenuhi kebahagiaan 'diri'. Namun kini, aku mulai mengerti. Bukan itu yang kucari.Â
Aku masih berproses. Biarkan aku melanjutkan kembali perjalananku, berbekal pengalaman dari proses perjalanan yang telah terlewati.
Jemariku terus bergerak
Membuka jahitan di baju orangeku
Karet pinggang baju ini sudah terlalu kecil
Satu persatu benang kugunting
Ada kedamaian di sana
Ada ketenangan di sana
Sedikit pegal dan nyeri terasa di tengkuk dan pinggangku
Kuangkat kepalaku dan kuregangkan pinggangku
Usia tubuh menjelang setengah abad
Tak ada yang aneh
Kutatap lubang-lubang kecil bekas jahitan
Perlukah kututupi lubang-lubang itu?
Rasanya tidak....
Sempurna bukan karena sempurna
Sempurna karena tidak sempurna
Tak semua hal bisa dimengerti oleh orang lain
Terima kasih dan permintaan maafku pada dunia
Berlatih dengan tulus
Tingkatkan kesadaran dalam keseharian
Lampaui rasa takut
'Ada' sepenuhnya di saat ini