Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Sadar, Hidup Berenergi

1 Juli 2023   19:09 Diperbarui: 1 Juli 2023   19:17 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup Sadar, Hidup Berenergi (gambar: patrickoben.com, diolah pribadi)

Seringkali dalam hidup, kita dihadapkan pada kejadian yang menguras energi kita. Saat energi terkuras, berbagai kondisi kita alami, mulai dari gagal fokus, gagal transaksi, gagal kemampuan tubuh beradaptasi, sampai akhirnya jatuh sakit.

Pada saat energi terkuras, kita pun kadang gagal memaknai dengan baik kejadian yang terjadi, sehingga memicu kebencian, seperti "kenapa ini terjadi pada saya?", "hidup ini tidak adil!", "saya tidak bisa terima...!", "seharusnya tidak seperti ini kejadiannya...", "sungguh kecewa, dia telah meninggalkan saya ...."

Ataupun keserakahan dan kemalasan, seperti "wah saya beli lagi ini, harga semakin naik, untung banget", "ngapain capek-capek mengerjakan ini...", "enak nih, saya akan mampir lagi..."

Pujian, Celaan, Untung, Rugi, Terkenal, Tidak Terkenal, Suka, Duka begitu banyak yang menimpa diri kita, ibarat ombak lautan yang terus mengombang-ambing diri. Ombak yang semakin sering terjadi, semakin menebalkan keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Gejala seperti tidak bisa menerima kejadian dan lengah terhadap berbagai kenikmatan selalu dialami, sehingga energi kita semakin terkuras,

Hal ini karena energi mengalir keluar melalui panca indera dan pikiran kita. Semakin sering kita menggunakan mata, telinga, hidung, sentuhan dan pengecapan, maka akan semakin banyak energi yang dikeluarkan. Jika hal yang dialami tidak menyenangkan, seperti tidak enak dipandang, didengar, dirasa, disentuh, memicu pikiran buruk yang semakin menguras energi.

Di sisi lain, jika hal yang dialami menyenangkan, maka pikiran penuh nafsu akan semakin memicu panca indera kita untuk terus mengejarnya, dan ini juga semakin menguras energi.

Hidup kita terkait dengan kecukupan energi. Kita akan berfungsi dengan baik jika cukup energi, jika energi tubuh kurang, maka akibatnya diri kita menjadi sakit. Ada empat sumber yang bisa membuat diri kita jadi sakit.

Internal:

  • Pikiran buruk stress terus menerus menguras energi tubuh
  • Perbuatan dan Pola hidup yang buruk menguras energi tubuh

Eksternal:

  • Lingkungan yang buruk membuat tubuh perlu energi lebih untuk bisa menyesuaikan diri
  • Nutrisi yang tidak sehat atau kekurangan membuat tubuh kekurangan asupan energi

Jaga empat hal di atas dijaga agar tidak mengarah ke yang buruk, maka energi badan terjaga, kesehatan tercapai.

Untuk itu kita perlu melatih kesadaran untuk hidup di saat ini. Dengan kesadaran yang terlatih:

  • Lebih peka terhadap diri dan energi yang ada di dalam diri, apakah cukup / tidak.
  • Bisa menjaga pikiran dengan lebih baik,
  • Lebih peka terhadap perubahan-perubahan lingkungan, dan bisa lebih menyesuaikan diri terhadap perubahan.
  • Kesadaran yang semakin kuat dalam setiap aktivitas saat ini, sehingga mampu melihat peluang dan ancaman dengan lebih baik.

Seperti halnya perjalanan ke satu tempat, perlu kesadaran melihat tanda-tanda, rambu-rambu, dan gejolak diri. Saat mengantuk, mudah emosi disalip kendaraan lain, lebih baik melambatkan kendaraan atau istirahat, karena saat itu kesadaran sedang lemah. Sebab kesadaran yang lemah tidak bisa mengantisipasi potensi masalah, yang berujung pada penderitaan.

Setiap kejadian yang terjadi ada maksudnya. Kesadaran yang semakin baik mampu menangkap nilai-nilai kebaikan dari setiap kejadian..

Sadari beberapa potensi kekurangan energi:

Kelelahan fisik karena kurang istirahat, kurang nutrisi, atau aktivitas fisik berlebihan.

Kelelahan batin, karena:

  • terlalu sibuk yang belum imbang dengan kemampuan hidup di saat ini, terlalu sibuk bagi setiap orang berbeda-beda, tergantung tingkat kesadarannya. semakin tinggi, semakin bisa mengcover beberapa aktivitas.
  • emosi yang intens, stress berkepanjangan, stress sesaat diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kekuatan, stress berkepanjangan merusak sistem tubuh.

Ibarat mobil yang sudah overheat karena terlalu dipakai.

Jika hal ini terjadi, maka energi perlu dibangkitkan kembali sebelum keadaan semakin memburuk. Kesadaran yang kuat bisa dilatih melalui meditasi, sehingga kondisi tubuh cepat disadari sebelum semakin terkuras energinya.

Dalam sebuah rapat, kadang ada gangguan (sound system, cahaya terlalu terang / gelap, udara lembab / panas, suara gawai, peserta batuk, peserta yang mendominasi pembicaraan, dan lain-lain). Hal ini seringkali membuat waktu rapat jadi lama selesainya dan kadang tidak selesai pembahasannya, menimbulkan kelelahan, kebosanan, tidak fokus lagi pada rapat.

Agar rapat bisa berjalan lancar mencapai tujuan rapat maka perlu ada:

  1. Dimulai dengan menyampaikan tujuan rapat, dan meminta peserta untuk fokus pada tujuan.
  2. Pengingat agar kembali ke topik
  3. Break jika pembahasan cukup panjang
  4. Catatan sebagai pedoman apa saja yang akan dan telah dibahas.

Sama seperti ketika kita meditasi. kadang bisa terjadi gangguan baik dari lingkungan maupun dari self talk yang membicarakan masa lalu, masa depan ataupun masalah lainnya. Pikiran perlu diarahkan untuk kembali pada saat ini. Beberapa tips yang bisa membantu kemajuan meditasi:

Tetapkan tujuan, bisa diawali dengan memilih salah satu objek sebagai tujuan. Objek yang netral, mudah dipakai & tidak terlalu menguras pikiran. Misalnya menggunakan objek nafas masuk dan keluar.

Tarik nafas panjang dan hembuskan lewat mulut beberapa kali untuk membawa perhatian pada saat ini, yakni saat meditasi. Selain itu meningkatkan energi dan kesegaran.

Rilekskan badan, bisa dimulai dengan mengecek dan merilekskan dari ubun-ubun kepala turun perlahan sampai ujung kaki.

Pencatatan untuk membantu, jika pikiran masih terlalu liar kesana kemari. Misalnya: dalam hati menghitung angka 1-5 setiap tarikan dan hembusan nafas. Atau mengulang kata-kata tertentu yang nyaman dipakai. Pencatatan ini tidak diperlukan jika pikiran sudah bisa berada pada saat ini.

Saat pikiran bereaksi keluar dari tujuan, melawannya hanya akan menimbulkan pemberontakan pikiran dan semakin stress. Mengikutinya juga hanya akan membuat semakin terlena / lengah. Sadari saja. Awal-awal bisa terbawa keluar dari objek, wajar. Jangan disesali, coba lagi

Sama halnya saat tubuh bereaksi sakit, semakin dilawan akan semakin sakit. Namun jika sering berubah-ubah posisi tubuh untuk mengurangi rasa sakit, ini pun hanya meringankan sesaat. Akibatnya jadi tidak bisa berkonsentrasi sepanjang sesi meditasi. Sadari saja.

Setelah disadari, diberi perhatian secukupnya terhadap reaksi yang terjadi pada badan dan batin. Lalu kembalikan perhatian ke objek meditasi.

Break pada waktu yang ditentukan untuk meregangkan badan, terutama bagi pemula yang belum terbiasa.

Dalam satu sesi retreat meditasi, saya pernah mengalami kondisi gatal di tenggorokan. Awalnya tidak tahan, namun karena saya sudah menetapkan tujuan untuk mengikuti retreat sesuai petunjuk, yang saat itu adalah 1 jam meditasi duduk, maka saya berupaya mengatasinya dengan menyadari kondisi gatal tersebut, berupaya untuk tidak bereaksi. 

Saya merasakan gatalnya semakin menjadi sampai air mata saya keluar, namun setelah itu gatalnya berangsur hilang. Ketika gatal tersebut datang lagi, saya jadi semakin terlatih untuk menyadarinya dan lambat laun hilang. Hal ini membuat waktu saya tidak banyak tersita oleh rasa gatal yang muncul, sehingga semakin banyak waktu untuk berlatih memusatkan pikiran pada objek meditasi.

Seiring semakin terlatihnya meditasi, pikiran akan semakin kuat dan jernih. Pikiran yang kuat tidak akan mudah goyah/lengah dan stress. Pikiran yang jernih akan mampu melihat permasalahan dengan baik.

**

Jakarta, 01 Juli 2023
Penulis: Fendy, Kompasianer Mettasik

Multi Talent Learner

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun