Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menguak Tabir di Balik Kisah Sembahyang Bakcang

22 Juni 2023   19:09 Diperbarui: 22 Juni 2023   19:16 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tepatnya tanggal 22 Juni 2023 yang jatuh pada hari Kamis adalah tanggal 5 bulan 5 berdasarkan Lunisolar. Masyarakat Tionghoa di dunia merayakan Festival Pehcun.

Festival ini bermakna memberikan hormat dengan ritual sembahyang kepada Yang Maha Kuasa, Para Suciwan, Dewa, dan Leluhur. Biasanya persembahan dilakukan dengan menaruh Bakcang atau Kue Cang di atas meja altar.

Sebagai info tambahan, Bakcang adalah Makanan dari beras yang diberi daging cincang dan bumbu, berbentuk prisma dibungkus daun bambu. Sementara Kuecan adalah Kue yang berbentuk seperti bacang, lebih kecil dari bacang dibuat dari beras ketan, dan diberi cairan gula),

Pada tahun 2023 ini, Masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten Tangerang bersama - sama mengadakan event budaya dalam rangka menyambut festival Pehcun ini.

Perayaan dilakukan dengan melakukan berbagai kegiatan acara, antara lain pekan pesta lomba perahu naga atau yang dikenal dengan Peh Liong Cun, Festival lomba mendayung perahu Naga disekitar sungai Cisadane Tangerang. Selain itu ada juga beberapa kegiatan pesta rakyat lainnya, seperti  lomba menangkap itik di sungai, lomba mendirikan telur, bazar kerajinan tangan masyarakat, serta pameran-pameran lainnya yang menarik para pengunjung.

Pehcun sendiri memiliki arti perahu naga. Wajar saja, karena perayaan ini memang sangat identik dengan lomba perahu naga. Akan tetapi, festival ini juga memiliki nama lainnya, yakni Toan Ngo. Arti harafiahnya adalah "tepat" dan "Tengah Hari."

Mengapa demikian? Itu karena tanggal 5 bulan 5 Imlek bertepatan dengan saat di mana bumi dan matahari berada tepat dalam satu garis lurus tedekat. Sehingga pada tengah hari tersebut, tepat sekitar pukul 12.00 siang, orang dapat mendirikan telor dilantai atau di atas meja. Menariknya, pada festival Pehcun, perlombaan mendirikan telur juga diadakan. Siapa yang dapat mendirikan terbanyak, dialah pemenangnya.

Tentu saja festival ini juga memiliki makna filosofisnya. Diharapkan agar perayaan yang berasal dari kebudayaan Tionghoa tidak hanya milik kaum tertentu saja. Siapa pun bisa melengkapi dan berpartisipasi mengikuti Festival Pehcun dengan hati gembira. Tanpa terkecuali.

Kembali ke sejarah dan legenda.

Sejatinya Festival Pehcun juga dirayakan untuk mengenang sebuah peristiwa yang merupakan asal muasal tradisi ini. Ia adalah seorang yang dianggap telah berjasa sebagai Negarawan masyarakat China.

Alkisah pada zaman Dinasti Zhou, hiduplah seorang penyair, filsuf, Menteri, dan sekaligus patriot yang bernama Kut Goan (Chu Yuan). Suatu hari dia diasingkan karena fitnah setelah kalah dalam peperangan dengan negara lawan. Putus harapan, Kut Goan mengakhiri hidupnya dengan membuang diri kedalam sungai Milo di Provinsi Hunan.

Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 5 bulan 5 imlek. Rakyat yang menyintai Menteri tersebut mengayuhkan perahu-perahu untuk mencari jenazahnya. Dan, agar jenazahnya tidak dirusak oleh Binatang-binatang air, rakyat membuat bakcang dan melemparkannya kedalam sungai tersebut.

Masyarakat membuat bakcang yang dibungkus dengan daun yang kasar / berduri yang diikatkan dengan benang sutra. Karena kedua barang tersebut konon ditakuti oleh para Naga dan ikan sungai.

Untuk memperingati jasa Kut Goan, setiap tahun masyarakat berduyun-duyun pergi kesungai. Kebiasaan ini kemudian beralih menjadi pesta diatas air. Moral dari peristiwa tersebut adalah orang dapat memperoleh hikmah dari Ketauladanan seseorang yang jujur, baik, seorang satria, negarawan yang menjadi panutan karena telah melakukan hal-hal yang baik. (STD).

**

Tangerang, 22 Juni 2023
Penulis: Setia Darma, Kompasianer Mettasik

Dharmaduta | Penulis |Dosen | Trainer | Pensiunan ASN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun