Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keajaiban Paramita, Bukan Candaan

19 Juni 2023   05:55 Diperbarui: 19 Juni 2023   06:29 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keajaiban Paramita, Bukan Candaan (gambar: satuharapan.com, diolah pribadi)

Teman-teman apakah kalian pernah mendengar kata-kata Paramita atau Parami dan apakah artinya? Parami/Paramita itu sendiri adalah ungkapan dalam Bahasa Pali yang berarti "KESEMPURNAAN"

Dasa Parami Gatha adalah Sepuluh Parami yang dapat kita kumpulkan dalam kehidupan sehari-hari, terdiri dari:

  • Dana: Memberi dengan tulus
  • Sila: Landasan moralitas dalam berfikir, berkata dan berbuat   
  • Nekkhamma: Berusaha melepaskan diri dari keegoisan, kesenangan duniawi
  • Panna: Pengetahuan dan Kebebasan yang benar, maka kita akan mencapai kebijaksanaan 
  • Viriya: Semangat
  • Khanti: Kesabaran
  • Sacca: Kejujuran dalam berucap dan bertindak
  • Adhitthana: Melatih kehendak agar dapat berbuat sesuai dengan Buddha Dhamma
  • Metta: Mengembangkan cinta kasih yang universal
  • Upekkha: Keseimbangan Batin

Mohon maaf apabila penjabarannya kurang tepat, karena pengetahuan Dhamma penulis sangatlah minim. Jadi, apa yang penulis tulis, itu adalah sebatas yang penulis ketahui saja.

Cara penulis mengumpulkan Parami adalah dengan ber-Dana, menjaga Sila, sehingga terciptalah Sacca, ber-Adhitthana agar Viriya tetap terjaga dalam mengembangkan Metta dengan penuh sati, dan selalu berusaha agar sati tetap terjaga sehingga dapat melepaskan diri dari kesenangan duniawi, keegoisan/Nekkhamma.

Menjaga Uppekha agar hati ini penuh Khanti dalam menjalani hidup yang penuh dengan romantika karena ulah si kilesa yang begitu menggoda. Dengan menjalani hidup benar, mudah-mudahan bisa tercapai Panna, menembus Nibbana.

Banyak keajaiban yang tercipta dari kumpulan Parami yang penulis timbun, antara lain beberapa kali terhindar dari kecelakaan, yang kalau diceritakan seolah-olah donggeng, tetapi itu penulis alami sendiri.

Penulis ini hobby banget sama yang Namanya "jatuh", padahal sudah tidak pernah pakai high heels, tapi masih aja suka terjatuh seperti nangka bonyok. Beberapa kali penulis terjatuh tanpa cedera yang fatal, sekali waktu saat penulis terpeleset, yang secara logika seharusnya jatuh terduduk dan berakibat fatal. Bisa-bisa tulang ekor akan cedera dan ini sangat berbahaya. Namun, keajaiban pun terjadi, tubuh penulis seakan disanggah dan diletakkan secara perlahan ke lantai oleh kekuatan yang tak kasat mata. Saat terduduk itulah penulis sempat terbenggong-benggong, dan otak ini penuh tanda tanya. "Kok bisa ya penulis jatuh dengan gaya slow motion gitu sehingga terhindar dari cedera yang mengerikan."

Begitu juga saat penulis dapat terhindar dari beberapa kecelakaan maut. Terakhir kali pada tanggal 31 Mei yang lalu, di saat itu penulis sedang mengendarai mobil beriring-iringan menuju Pondok Meditasi Bhante Vin di Magelang. Awalnya mobil penulis berada di depan, di saat sadar kalau dua mobil lainnya masih berada jauh dibelakang, maka penulis mengurangi kecepatan.

Tapi, tiba-tiba salah satu mobil rombongan seperti anak panah melesat pesat dengan kecepatan penuh. Penulis berusaha menyusulnya, tapi terkendala dengan tehnik penggunaan transmisi/ komponen mesin untuk mengubah kecepatan, sehingga penulis tidak dapat menyalip dan masuk ke dalam jalur yang benar. Batasnya tipis sekali, itu cukup membuat sopir yang seharusnya mengemudi, duduk di sebelah penulis pucat pasi. Ia meminta saya untuk segera menepikan kendaraan dan mengambil alih kemudi. Penulis terpaksa menurutinya, karena dia terus-terusan istighfar dan juga takut kena marah oleh Bhante karena membiarkan saya yang nyetir.

Akhirnya mobil kami menjadi mobil yang terakhir sampai di Pondok, begitu turun pengemudi mobil ketiga yang melihat dengan jelas kejadian itu, memberitahu saya. Pada saat itu ban mobil kami sampai berasap dan yang mereka takutkan adalah pecah ban.

Mengenai penyakit, penulis punya segudang penyakit, yang kalau hasil lab tersebut dijabarkan penulis pasti sudah jadi penghuni ruang ICU. Namun ternyata penulis masih bisa gentayang beraktivitas, sampai-sampai dokter kantor berkomentar. Dia binggung, penulis harus diberi obat apalagi? Karena semua obat yang diberikan sudah dosis tinggi. Akhirnya dokter pun menafsirkan itu sebagai keajaiban. Sebagai umat Buddha, penulis pun menafsirkan, semuanya bisa teratasi karena rajin ke Vihara membawakan makanan untuk para Bhikku.

Masih banyak lagi hal-hal yang ajaib dalam hidup penulis, yang penulis syukuri, karena kekuatan Parami selalu melindungi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.  

Oleh sebab itu, wahai saudara/i-ku se Dhamma, marilah kita rajin-rajin mengumpulkan Parami, sekecil apapun itu pasti akan berguna, apalagi waktu kita semakin hari semakin cepat menuju kekematian.

Mari manfaatkan setiap hembusan nafas kita untuk berbuat kebaikan, karena kita tidak tahu, kapan saatnya kita pindah alam. Dan, tentunya yang kita inginkan adalah kehidupan yang akan datang lebih baik daripada kehidupan saat ini. Atau kita tidak akan terlahir lagi di alam mana pun juga.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata, smoga semua mahkluk hidup berbahagia.

**

Jakarta, 19 Juni 2023
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik

Hidup Harus Penuh Sati, Setiap Saat Diamati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun