Mengenai penyakit, penulis punya segudang penyakit, yang kalau hasil lab tersebut dijabarkan penulis pasti sudah jadi penghuni ruang ICU. Namun ternyata penulis masih bisa gentayang beraktivitas, sampai-sampai dokter kantor berkomentar. Dia binggung, penulis harus diberi obat apalagi? Karena semua obat yang diberikan sudah dosis tinggi. Akhirnya dokter pun menafsirkan itu sebagai keajaiban. Sebagai umat Buddha, penulis pun menafsirkan, semuanya bisa teratasi karena rajin ke Vihara membawakan makanan untuk para Bhikku.
Masih banyak lagi hal-hal yang ajaib dalam hidup penulis, yang penulis syukuri, karena kekuatan Parami selalu melindungi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Â
Oleh sebab itu, wahai saudara/i-ku se Dhamma, marilah kita rajin-rajin mengumpulkan Parami, sekecil apapun itu pasti akan berguna, apalagi waktu kita semakin hari semakin cepat menuju kekematian.
Mari manfaatkan setiap hembusan nafas kita untuk berbuat kebaikan, karena kita tidak tahu, kapan saatnya kita pindah alam. Dan, tentunya yang kita inginkan adalah kehidupan yang akan datang lebih baik daripada kehidupan saat ini. Atau kita tidak akan terlahir lagi di alam mana pun juga.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata, smoga semua mahkluk hidup berbahagia.
**
Jakarta, 19 Juni 2023
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik
Hidup Harus Penuh Sati, Setiap Saat Diamati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H