Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ehipassiko yang Kualami Sendiri

2 Juni 2023   05:55 Diperbarui: 2 Juni 2023   05:58 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ehipassiko yang Kualami Sendiri (gambar: borobudurpark.com, diolah pribadi)

Menurutku agama Buddha adalah agama yang unik, kita tidak di doktrin dengan pokok ajaran yang harus ditelan begitu saja tanpa dapat dibantah, melainkan kita disodorkan untuk datang, lihat dan buktikan sendiri tentang hasil perbuatan yang kita lakukan, atau kata kerennya EHIPASIKO.

Pada awalnya aku menganggap agama Buddha adalah agama yang nyeleneh, apalagi aku sempat dicekoki khotbah-khotbah yang asbun, karena kekecewaan yang betumpuk aku sempat vakum beragama selama kurang lebih dua puluh dua tahun, pada saat itu bhikkhu-bhikhhu masih susah ditemukan di Indonesia, hanya sesekali viharaku dikunjungi seorang Bhikkhu. Aku benar-benar kecewa dengan khotbah Romo Pandita yang jauh panggang dari api.

Disaat kegalauan melanda batinku, seorang teman yang sibuk mencarikan retret untukku dan sempat kutolak, karena menurutku ga usah retret-retretanlah, karena ajaran Buddha itu sangat-sangat simple, dan terangkum dalam empat bait

Jangan berbuat jahat
Tambahkan kebaikkan
Sucikan hati dan pikiran
Inilah ajaran semua Buddha

Udah begitu aja, jadi tidak usah repot-repot ke vihara, mendengarkan khotbah yang bagaikan tong kosong berbunyi nyaring, menjemukan!!!

Akhirnya usaha temanku berhasil, awal aku ke vihara lagi pada tanggal 08 April 2004, saat itu aku diikutsertakan dalam acara meditasi yang diadakan oleh Bhante Kamsai Sumano.

Kedua temanku mengantarkan aku sampai di depan gerbang Vihara Buddha Metta Arama lalu meninggalkanku sendiri. Aku benar-benar sendiri tanpa satu orangpun yang kukenal. Apalagi menurut temanku Bhante Kamsai galak. Ya ... kupikir ga apa-apa deh, toh cuma sekali ini saja, demi menghargai niat baik temanku.

Akhirnya selesai juga acara itu dan kami semua mendapat oleh-oleh Paritta "Gatha Jinabanjon Punna Somdetto", yang dapat membantu kita keluar dari kesukaran.

Paritta itu akan menjadi ampuh jika kita sering melakukan kebajikan, yang didapat dalam dana, sila, samadi dan panna. Ini istilah baru bagiku. Saat itu aku tidak terlalu peduli, sampai aku ditelpon oleh teman meditasiku, yang konon katanya aku diajak ikut baksos ke Rumah Sakit Jiwa oleh Bhante Kamsai tanggal 18 April yang bertepatan jatuh pada hari minggu. Langsung saja kutolak, karena itu hari ulang tahunku.

Temanku tidak berani menyampaikannya ke Bhante, alih-alih dia memberikan nomer hp Bhante, aku langsung menelpon Bhante sore itu juga. Aku katakan aku tidak mau ikut baksos ke RSJ di hari ulang tahunku, harusnya para Bhante membacakan Paritta untukku disaat itu dan keinginanku direalisasi oleh Bhante dalam bentuk ulang tahun bersama di akhir bulan. Mungkin ini salah satu cara Bhante untuk menarikku agar aku mau beribadah lagi.

Bhante-pun menganjurkan aku untuk berdana makanan, yang lagi-lagi kutolak karena yang ada dalam benakku aku tidak mampu untuk berdana setiap hari, karena belum ada dana untuk itu.

Kembali Bhante Kamsai mengajariku untuk berdana semampunya, bahkan aku diajarkan untuk membuat sambal yang simple terdiri dari irisan cabe rawit, bawang putih yang diberi kecap ikan. Yang penting ada niat, laksanakan, serahkan pelimpahan jasa.

Inipun belum dapat kulakukan sepenuhnya, kecuali pada hari minggu, karena saat itu aku masih berkantor di daerah Kemukus dan Pinangsia. Jarak ke Vihara Buddha Metta Arama cukup jauh dari kantorku, belum lagi macetnya. Walau begitu aku rajin mengikuti klas meditasi setiap hari sabtunya, meskipun hanya setengah hari, karena aku harus ngantor sampai jam dua belas siang.

Awal tahun 2006 aku dipindah ke kantor di Gedung Menara Era -- Senen Raya, jarak ke Vihara Buddha Metta Arama semakin dekat. Dan, pada April 2008 ibuku meninggal. Sejak saat itu berdana setiap pagi sebelum ke kantor.

Lalu apa hubungannya dengan Ehipasikko?

Jelas ada donk. Saat itu Bhante Kamsai mengumumkan akan mengadakan ziarah ke tanah suci Buddha -- India. Aku ingin ikut tapi tidak punya uang ... ha ... ha ... ha ... bisa dibilang ga tau diri ya. Aku curhat ke Bhante, lalu Bhante anjurkan agar aku membaca Pariita Gatha Jinabanjon itu disertai  dengan perbanyak kebajikan, nanti juga ada jalannya dan kamu bisa pergi, ujar Bhante sambil tersenyum.

Dengan setengah hati, antara percaya dan tidak, aku ikuti semua petunjuk Bhante dan tra... la, semua impianku menjadi kenyataan, entah ada kekuatan darimana, aku berani bilang ke bos-ku kalau aku mau ziarah ke India tapi ga punya duit dan tanpa disangka-sangka aku dibayari.

Waktu itu biayanya USD $1000. Saat itulah aku baru memahami arti yang sesungguhnya dari "Ehipasikko" karena kekuatan doa dan kebajikkan (bukan berarti kalau ada kesulitan saja kita baru berbuat bajik)

Bukan hanya itu saja, kekuatan Parami yang kupupuk setiap desah nafasku, telah terbukti melindungiku saat aku berkendara dari Jakarta -- Tanggerang -- Jakarta dengan kondisi rem blong membawa  umat se-kijang penuh untuk fangsen.

Setelah tahu rem-ku blong, sebenarnya bos-ku telah meminjamkan mobil lengkap dengan sopir, namun begitu bos-ku turun, secepat itu pula mobil terisi penuh oleh umat.

Saat itu aku sempat galau, tapi niatku cukup kuat untuk ikut fangsen, saat ditanya bos-ku apakah jadi ikut atau batal, tanpa ragu aku jawab "Ya Lana sih tetap jalan, ayo ikut aja ". (selama perjalanan bos-ku meram saja, entah tidur atau ketakutan) tapi diam-diam aku meminta agar mobil Bhante jalan di depanku, maksudnya kalau sampai nabrak, biar nabrak mobil Bhante supaya digantikan mobil baru oleh bos-ku. Wkkkkkkkwkkkkk ... dasarrrr ... Lana gelo

Aku tak jemu untuk membagikan pengalamanku dan mengajak teman-teman untuk trus melakukan kebaikkan-kebaikkan, sampai ada seorang teman yang tiba-tiba memberikanku selembar tiket VVIP Talk Show Ajhan Bram sebagai ungkapan terima kasihnya karena dia menemukan jalan keluar dari pemasalahannya setelah mengikuti petunjukku.

Pada kesempatan itu pula aku sempat berdana minum langsung ke Ajahn Bram, kok bisa? Ini semua tak pernah kubayangkan sebelumnya, niatku membeli aqua itu untuk berterima kasih kepada temanku yang berbaik hati memberikan tiket. Setelah empat botol aqua dingin ada dalam kresek,  aku langsung masuk ke ruangan, mencari-cari mereka, namun tidak kulihat batang hidung temanku and the genk-nya, malah kulihat  Ajahn Bram duduk sendiri di bangku barisan depan.

Dengan serta merta kuhampiri, langsung bernamaskara dan kudanakan dua botol aqua dingin, aku sungguh merasa bahagia sekali saat itu. Setiap tahun aku selalu menghadiri talk show Ajhan Bram, tapi biasanya di kelas kambing, apa mau dikata tahun ini temanku yang biasa kutitipkan beli tiket, lupa. Aku cukup kecewa, tapi kuiklaskan, tak tahunya malah aku bisa duduk di VVIP dan bisa berdana pula.

Dari semua pengalaman-pengalaman itu, aku semakin yakin akan kebenaran Hukum Karma, Hukum Sebab Akibat, kita harus membuktikannya sendiri barulah kita bisa membuktikan keampuhan karma baik yang kita hasilkan dalam kehidupan sehari-hari, siapa yang dapat menyangkalnya.

Kurenungkan Hukum Karma dan Sebab Akibat berlaku untuk smua mahluk. Belum lama ini tepatnya tanggal 12 Mei yang lalu, kitten liarku tertabrak/ terlindas motor saat hendak menghampiriku. Seperti biasanya begitu aku turun dari mobil, kucing-kucing liar itu mengerumumiku termasuk si kitten yang kuberi nama Teng-teng.

Dia jantan dan bersih dengan bola matanya yang bulat dan bibirnya yang merah dan sangat manja. Setiap pagi dan sore dia kuizinkan masuk keteras rumahku untuk kusuapi.

Dia datang disaat Ti-ti hilang, Titi dilahirkan diteras rumahku dari ke empat saudaranya hanya dia yang bertahan hidup tapi akhirnya hilang tanpa jejak pada tanggal 09 April kemarin.

Teng-teng sepantaran Titi. Aku tak tahu siapa induknya  karena menurut perkiraanku dia berumur sekitar 1 atau 2 bulan, sepantaran dengan Titi masih terlalu kecil untuk hidup dijalan. Harus menjalani hidup yang keras dan berakhir tragis, nyawanya terengut saat bergembira menyambut kepulanganku.

Semua itu karena karma, dua kitten sepantaran dengan nasib berbeda atau mungkin sama karena kalau tidak ada satpam depan yang memberitahukan kalau dia tertabrak dan lari ke rumah kost sebelah, paling-paling aku hanya tahu dia menghilang seperti si Titi.

Peristiwa demi peristiwa yang datang dan kulihat dengan mata kepalaku sendiri, telah membuktikan kita tidak bisa lari dari Hukum Karma, oleh karena itu kita harus selalu berpegang teguh pada Sila kalau ingin hidup kita tenang dan Bahagia dan dapat terlahir Kembali sebagai manusia atau bahkan menembus nirwana dan tidak terlahir lagi di alam manapun juga, semoga.

Semoga semua makhluk berbahagia

**

Jakarta, 02 Juni 2023
Penulis: Sumana Devi, Kompasianer Mettasik

Hidup Harus Penuh Sati, Setiap Saat Diamati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun